Wednesday, November 26, 2014

Museum Sri Baduga

Jawa Barat menyimpan harta karun berupa sejarah yang sangat berlimpah. Mulai dari kerajaan-kerajaan, masa kolonial, hingga masa kemerdekaan. Museum Sri Baduga membawa kita masuk ke dalam sejarah Jawa Barat.
“Nama Sri Baduga berasal dari raja Jawa Barat, raja Sri Baduga sangat mencerminkan budaya Sunda”, ujar Iip Sarif Hidayat selaku petugas pemarasaran museum.
Kereta kencana Paksinagalima
Memasuki gerbang museum Sri Baduga, kita disambut dengan replika kereta kencana Paksinagalima dari kesultanan Cirebon. Ini merupakan salah satu dari sekitar 6.500 koleksi yang dimiliki oleh museum Sri Baduga. Museum yang diresmikan pada tahun 1980 ini mengangkat segi budaya dari Jawa Barat.
Pengunjung disuguhi dengan beragam koleksi yang tertata rapi pada tiga lantai. Lantai pertama museum ini mengangkat sejarah purba daerah Jawa Barat. Alur sejarah dilanjutkan ke lantai dua, dimana kita dibawa ke masa kolonial. Diorama-diorama memberi gambaran detil tentang sekolah, busana maupun suasana pemukiman pada masa itu.
Di lantai teratas, kita dapat menemukan perkembangan mata uang yang di Indonesia. Diorama-diorama kegiatan masyarakat menghiasi hampir setiap sudut ruangan lantai ini. Beragam alat musik tradisional yang tampak prima juga dipamerkan, begitu pun permainan-permainan tradisional yang sudah jarang kita temui, juga dapat terlihat di lantai ini.
Tampak bahwa koleksi-koleksi museum ini telah disusun rapi dengan alur sejarah yang menarik bagi pengunjung, walaupun banyak fasilitas penunjang tidak beroperasi. Monitor-monitor komputer yang seharusnya menunjang informasi bagi pengunjung tampak rusak, begitu pun layar televisi besar yang tidak. Beberapa koleksi terlihat ‘mati’ karena kurang dipadu penerangan.
Walau demikian, pengunjung museum ini terus meningkat dari tahun ke tahun. Menurut Iip, saat ini pengujung tercatat sebanyak 160.000 orang per tahunnya. Sebagian besar pengunjung adalah siswa sekolah atau mahasiswa. Ada pun pengunjung dari mancanegara yang sesekali datang. “Banyak turis asing dari Jepang dan Belanda, mungkin karena mau melihat sejarah negara mereka di Indonesia,” terusnya.
Sebagai museum kelas ‘A’, yaitu museum utama di Kota Bandung, Museum Sri Baduga telah melakukan upaya untuk meningkatkan pelayanan. Gedung utama telah menjalankan renovasi periodik sejak tahun 2006 dan biasanya dikerjakan setahun sekali. Menurut Iip, periode tahun 2011/2012 ini akan menjadi tahun penyempurnaan museum.
Setahun sekali agar masyarakat senantiasa berkunjung dan tidak bosan dengan suasana museum ini. Iip berharap, museum ini akan terus ramai akan pengunjung yang haus akan sejarah jawa barat. “Alhamdulillah sekarang banyak yang berminat berkunjung ke museum” katanya.

0 comments:

Post a Comment

ads

ads