Jawa Barat menyimpan harta karun berupa sejarah yang sangat
berlimpah. Mulai dari kerajaan-kerajaan, masa kolonial, hingga masa
kemerdekaan. Museum Sri Baduga membawa kita masuk ke dalam sejarah Jawa
Barat.
“Nama Sri Baduga berasal dari raja Jawa Barat, raja Sri Baduga sangat
mencerminkan budaya Sunda”, ujar Iip Sarif Hidayat selaku petugas
pemarasaran museum.
Memasuki gerbang museum Sri Baduga, kita disambut dengan replika
kereta kencana Paksinagalima dari kesultanan Cirebon. Ini merupakan
salah satu dari sekitar 6.500 koleksi yang dimiliki oleh museum Sri
Baduga. Museum yang diresmikan pada tahun 1980 ini mengangkat segi
budaya dari Jawa Barat.
Pengunjung
disuguhi dengan beragam koleksi yang tertata rapi pada tiga lantai.
Lantai pertama museum ini mengangkat sejarah purba daerah Jawa Barat.
Alur sejarah dilanjutkan ke lantai dua, dimana kita dibawa ke masa
kolonial. Diorama-diorama memberi gambaran detil tentang sekolah, busana
maupun suasana pemukiman pada masa itu.
Di
lantai teratas, kita dapat menemukan perkembangan mata uang yang di
Indonesia. Diorama-diorama kegiatan masyarakat menghiasi hampir setiap
sudut ruangan lantai ini. Beragam alat musik tradisional yang tampak
prima juga dipamerkan, begitu pun permainan-permainan tradisional yang
sudah jarang kita temui, juga dapat terlihat di lantai ini.
Tampak bahwa koleksi-koleksi museum ini telah disusun rapi dengan
alur sejarah yang menarik bagi pengunjung, walaupun banyak fasilitas
penunjang tidak beroperasi. Monitor-monitor komputer yang seharusnya
menunjang informasi bagi pengunjung tampak rusak, begitu pun layar
televisi besar yang tidak. Beberapa koleksi terlihat ‘mati’ karena
kurang dipadu penerangan.
Walau demikian, pengunjung museum ini terus meningkat dari tahun ke
tahun. Menurut Iip, saat ini pengujung tercatat sebanyak 160.000 orang
per tahunnya. Sebagian besar pengunjung adalah siswa sekolah atau
mahasiswa. Ada pun pengunjung dari mancanegara yang sesekali datang.
“Banyak turis asing dari Jepang dan Belanda, mungkin karena mau melihat
sejarah negara mereka di Indonesia,” terusnya.
Sebagai museum kelas ‘A’, yaitu museum utama di Kota Bandung, Museum
Sri Baduga telah melakukan upaya untuk meningkatkan pelayanan. Gedung
utama telah menjalankan renovasi periodik sejak tahun 2006 dan biasanya
dikerjakan setahun sekali. Menurut Iip, periode tahun 2011/2012 ini akan
menjadi tahun penyempurnaan museum.
Setahun sekali agar masyarakat senantiasa berkunjung dan tidak bosan
dengan suasana museum ini. Iip berharap, museum ini akan terus ramai
akan pengunjung yang haus akan sejarah jawa barat. “Alhamdulillah
sekarang banyak yang berminat berkunjung ke museum” katanya.
Wednesday, November 26, 2014
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment