Sunday, November 30, 2014

Gunung Kaba

KETERANGAN UMUM



Nama Lain : Kaaba
Nama Kawah : Terdapat 8 kawah di puncak, masing-masing a.l : (Gbr.1) Kaba Lama, Kaba Baru, Sumur letusan 1940 Kawah Baru, Vogelsang I, lubang letusan 1951 (Vogelsang II).
Lokasi

a.Geografi : 3°31’0″ Lintang Selatan, dan 102°37’0″ Bujur Timur
b.Administrasi : Berada di wilayah Kecamatan Curup, Kabupaten Rejang Lebong, Propinsi Bengkulu
Ketinggian : 1952 m di atas permukaan laut
Kota Terdekat : Bengkulu
Tipe Gunungapi : Strato
Pos Pengamatan : Pos Pengamatan G. Kaba, Desa Sumber Urip, Kec. Sambirejo, Kab. Rejanglebong, Bengkulu. Geografis 3o 28′ 41,70″ LS dan 102o 38′ 41,90″ BT. Ketinggian 1182 m dpl

Gambar 1 Peta Topografi Kawah Gunung Kaba
Peta Topografi Puncak dan Kawah G. Kaba
Peta Topografi Puncak dan Kawah G. Kaba

Bukit Kaba (1937 mdpl)  merupakan gunung api kembar dengan Gunung Hitam, gunung biring gunung kelam yang telah padam. Pada Puncaknya terdapat tiga buah Kawah yang cukup indah untuk dinikmati. (terletak di Kecamatan Selupu Rejang berjarak sekitar 104 Km dari Ibukota Propinsi Bengkulu, atau sekitar 19 Km dari ibukota kabupaten Rejang Lebong. Persimpangan menuju Bukit Kaba (Ds. Sumber Urip) merupakan jalur lintas sumatera yang menghubungkan provinsi Bengkulu dengan Provinsi Sumatera Selatan dengan kota terdekat adalah Lubuk Linggau (Sumsel) dan Kota Curup (Bengkulu).    
Wilayah Bukit Kaba merupakan daerah yang subur penghasil buah dan sayur. Dari kejauhan, hamparan hijau dan warna-warni buah-buahan sangat memanjakan mata para wisatawan.

Two climbers on Gunung Kaba (unknown photographer, 1936) Courtesy TropenMuseum Archives. Two climbers on Gunung Kaba (unknown photographer, 1936) Courtesy
Potensi Bukit Kaba 
  • Nama Kawasan
  • Taman Wisata Bukit Kaba
  • Letak geografis
  • 102035’ 1020 45 BT dan 3030’ 30 37’ LU.
  • Administrasi
  • Kecamatan Kabawetan, Kabupaten Kepahiang,
  • Kecamatan Selupu Rejang Dan Kecamatan Sindang Kelingi Kabupaten Rejang Lebong.
  • Status wilayah
  • Berdasarkan SK.MenHut No.166/KPTS-II/1998 ditetapkan sebagai kawasan konservasi alam yang diperuntukkan penggunaannya sebagai taman wisata alam dengan luas 15.070 Ha.
  • Inventarisasi Sumberdaya Gunungapi
  • Adanya endapan belerang di dasar kawah utama G. Kaba membuat sebagian kecil masyarakat di sekitar gunungapi ini memanfaatkannya dengan cara menggali secara tradisional. Namun saat ini penggalian tersebut sudah tidak dilakukan lagi, mengingat volume cadangannya yang tidak memadai untuk di tambang dalam skala kecil sekalipun.

Puncak G.Kaba dari Kawah Mati foto Elang Hitam S2.9800291
Puncak G.Kaba dari Kawah Mati
foto Elang Hitam S2.9800291
  • Potensi kawasan
Didalam kawasan seluas 15.070 Ha (sekarang 13.490 Ha) TWA Bukit Kaba terdiri dari 5 Bukit/ Gunung yang berada didalamnya yaitu :
  • Bukit Kaba (1935) Merupakan sebuah gunung api yang memiliki 1 buah sumur kawah besar padam dan 12 kepundan aktif serta sumber Air Panas. Bukit Kaba merupakan satu-satunya Gunung berapi di Provinsi Bengkulu dengan vegetasi penyusun hutan-hutan tropis pegunungan.
  • Bukit Melintang (1733 mdpl) yang terletak disisi selatan Bukit Kaba merupakan gunung yang bervegetasi hutan tropis yang didalamnya terdapat potensi sumber mata air alami dan Air Terjun setinggi 50 meter serta Sumber Air Panas.
  • Bukit Hitam (1886 mdpl) dan bukit biring (1978 mdpl)merupakan Gunung dengan vegetasi hutan tropis primer dan didalam kedua bukit ini memilki keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa liar yang alami.
  • Bukit Solajuang (1550 mdpl) dengan vegetasi padang savana dengan tanaman yang memilki ciri khas berupa kayu panjang umur.
Di dalam TWA Bukit Kaba memilki kekayaan hayati (Biodiversity) berupa Bunga Bangkai (Amorphophalus titanum), Anggrek Tebu, Kantong Semar ( Nephentes sp) Edellweis, dan Satwa liar seperti Harimau Sumatra, Macan Akar, Beruang Madu, Rusa Sambar, Siamang (Hylobates syndactylus), owa (Hylobates agilis), Simpai, dan jenis-jenis Burung seperti Lophura inornata (Salvadori’s Pheasant) , c (Graceful Pitta). Kedua jenis burung ini yang menjadi gunung kaba sebagai kawasan IBA (important bird area), sedangkan jenis-jenis burung lainnya yang mendiami kawasan gunung kaba adalah
  • Kuau-kerdil Sumatera Polyplectron chalcurum
  • Walik kepala-ungu Ptilinopus porphyreus
  • Luntur jawa Harpactes reinwardtii
  • Takur api Psilopogon pyrolophus
  • Paok topi-hitam Pitta venusta
  • Cucak gunung Pycnonotus bimaculatus
  • Brinji gunung Hypsipetes virescens
  • Cica-daun sumatera Chloropsis venusta
  • Meninting kecil Enicurus velatus
  • Ciung-batu sumatera Myophonus melanurus
  • Berencet dada-karat Turdinus rufipectus
  • Berencet pualam Turdinus marmorata
  • Niltava sumatera Niltava sumatrana
  • Kacamata topi-hitam Zosterops atricapilla
  • Srigunting sumatera Dicrurus sumatranus

 Lophura inornata
Lophura inornata
VUGraceful Pitta Pitta venusta
Graceful Pitta Pitta venusta
Kratermeer of the Kaba on Sumatra 13/10/1934
Kratermeer of the Kaba on Sumatra 13/10/1934

Mrs. Willy Hirsch (right) during a climb of the Kaba on Sumatra
Jalur menuju lokasi Bukit Kaba

  1. Jalur Utara
Dapat dicapai dengan menggunakan kendaraan roda empat dari kota Curup melalui simpang Bukit Kaba (Desa Karang Jaya), yang terletak dijalan raya Lubuk Linggau-Curup, menuju puncak dari Desa Sumber Urip (5 km dari arah puncak)
  1. Jalur selatan
Merupakan hasil Eksplorasi KAMPALA FP UNIB tahun 1997 dapat dicapai melalui kawasan kebun teh Kabawetan Desa Air Sempiang Kecamatan Kabawetan Kabupaten Kepahiang kurang lebih 15 km dari pasar Kepahiang. Adapun rute yang harus di lewati untuk menuju bukit kaba lewat jalur selatan antara lain Desa Tugu Rejo, Bukit Hitam, Bukit Melintang, Bukit Biring, Bukit Kaba. Dimana dalam perjalanan menuju puncak Bukit Kaba ini terdapat banyak panorama alam dan perkebunan sayuran milik warga yang membentang luas di kaki Bukit Kaba. Pencapaian dari Desa ini hanya bisa dilakukan dengan berjalan kaki.

SEJARAH LETUSAN

1883 Pada tanggal 24 dan 25 November terjadi gempabumi kuat yang disebabkan oleh letusan Gunungapi Kaba. Salah satu danau kawahnya lenyap dan menghasilkan banjir. Kampung Talang tergenang air sedalam 21 kaki, 36 orang meninggal dunia. Jumlah korban di distrik Klingi dan Bliti berjumlah 90 orang (Sapper, 1927, p.326)
1834 November terjadi letusan yang merusak lahan di sekitar gunungapi
1845 Di bulan April, terjadi banjir lagi yang melenyapkan 150 orang meninggal dunia. Tetapi Neumann van Padang (1951) meragukan- nya sebagai suatu letusan, dan ia tidak mencantumkan ke dalam catannya sebagai satu letusan.
1853 Terjadi letusan seperti di tahun 1883, tetapi tidak dilaporkan adanya korban jiwa (Sapper, 1927, p.326).
1868. dan 1869 Mungkin terjadi letusan abu. Sejak Oktober terlihat tiang letusan,puncak tertutup abu, banyak pepohonan hangus.
1873 Terjadi peningkatan kegiatan di kawah Vogelsang
1876 Di bulan April, di Sindang terjadi hujan abu yang berasal dari gunungapi Biring. Bukit Kaba. Kawah Vogelsang giat bekerja, 2 sampai 10 menit sekali terjadi letusan, abu, pasir, dan batu dilontarkan.
1873 dan 1892 Selama 19 tahun gunungapi giat terus menerus dan berhentimendadak di akhir 1892
1886 Tanggal 4 � 8 Juni jatuh hujan abu tipis di Warung Jelatang dan Pelalo.Tanggal 12 Juni terlihat bara api dan tiang asap berapi, serta aliran lava.
1887 Tanggal 3 dan 4 Februari tampak asap tebal disertai ledakan dan getaran serta hujan abu tipis. Tanggal 24 dan 24 Maret hujan abu lebih lebat hingga 28 Maret malam hari.
1888 Tanggal 27 Januari, suara gemuruh terus menerus terdengar dari bawah tanah, diiringi oleh asap yang mengepul antara Februari dan April.
1890 Tanggal 13 Mei, gunungapi sangat giat, suara gemuruh terus menerusterdengar, dan terjadi letusan di Kawah Vogelsang.
1892 Terjadi peningkatan kegiatan
1907 Terjadi letusan terus menerus yang begitu kuat di Kawah Baru(Schuittenvoerder, 1914, p.165).
1917 Tanggal 30 Januari suara gemuruh terdengar dari bawah tanah.
1918 Tanggal 8 Agustus terjadi awan panas.
1938 Tanggal 10 November terjadi peningkatan kegiatan.
1940 dan 1941 Peningkatan kegiatan, suara gemuruh, hujan abu disertai lontaranbahan-bahan lepas.
1951 Terbentuk sebuah kawah yang menghancurkan pematang Kawah Vogelsang bagian selatan. Bom vulkanik dan lapili dilontarkan sejauh 800 meter dari kawah.
1952 Tanggal 26 Maret pukul 10:00 terlihat tiang abu letusan dan terdengar suara gemuruh. Tanggal 2 April terjadi hujan abu di sekitar Gunungapi Kaba. Abu yang terbawa angin tersebar sampai sejauh 5 kilometer ke arah selatan. Letusan abu terjadi lagi pada tanggal 26 sampai 28 April.
2000 Sejak awal Juni terjadi peningkatan kegiatan kegempan di Gunungapi Kaba, yang dipicu oleh gempa tektonik Bengkulu berkekuatan 7.8 skala Richter pada tanggal 4 Juni disertai gempa-gempa susulannya yang dapat dirasakan di kawasan Gunungapi Kaba Kemunculan gempa-gempa vulkanik sebelum awal Juni rata-rata 1 kali kejadian setiap harinya, namun setelah awal Juni gempa-gempa vulkanik meningkat menjadi rata-rata 15 kali kejadian setiap hari. Gangguan dari gempa tektonik Bengkulu mengganggu sistem kantung fluida di dalam tubuh Gunungapi Kaba, sekaligus mengganggu sistem rekahan yang ada, serta memicu kemunculan gempa-gempa vulkanik dangkal berhiposenter 1-3 kilometer. Mekanisme sumber gempa-gempa vulkaniknya mempunyai solusi sesar turun. Energi gempa vulkanik yang dilepaskan berangsur-angsur menurun setelah September. Krisis kegempaan kali ini tidak diikuti oleh perubahan permukaan yang berarti di kawah-kawah Gunungapi Kaba.


Karaker Letusan
GKarakter letusan G. Kaba adalah letusan magmatik yang bersifat eksplosif, menghasilkan hujan abu serta disertai awan panas dan leleran lava. Lama waktu letusan cukup panjang, bahkan pernah terus menerus selama setahun. Pusat erupsi sering berpindah. Letusan freatik dan freato magmatik sering terjadi, terlebih dengan keadaan kawah yang mudah menampung air hujan membentuk danau kawah

GEOLOGI 
Morfologi G. Kaba berbentuk punggungan memanjang dengan relief tidak beraturan. Arah punggungan relatif membentuk kelurusan baratdaya – timurlaut. Arah kelurusan ini merupakan jejak perpindahan titik-titik erupsi. Sedikitnya terdapat 8 (delapan) titik erupsi yang dapat ditelusuri dari bentuk kawah, sisa-sisa dinding kawah/kaldera dan kerucut vulkanik. Jarak antar titik erupsi berdekatan, sehingga secara visual seluruh kenampakan morfologi ini dapat diamati dengan baik dari titik tertinggi di Bukit Kaba (1952 m.dpl).
G. Kaba merupakan gunungapi dengan struktur kaldera. Produk erupsi G. Kaba terdiri dari perselingan aliran lava dan piroklastika (jatuhan dan aliran), yang merupakan produk dari 3 (tiga) periode, yaitu: periode pra-kaldera, periode pembentukan kaldera, dan periode pembentukan kerucut puncak. Produk pra-kaldera berasal dari vulkanik tua G. Malintang dan G. Kaba Tua. Kerucut-kerucut puncak terdiri dari Bukit Itam, Bukit Ranting, Padang Masyhar, dan Bukit Kaba Besar.
Endapan vulkanik tertua merupakan produk pra-kaldera dari G. Malintang, sedangkan endapan termuda adalah produk G. Kaba Besar yang terdiri dari aliran lava dan jatuhan piroklastik (gambar II.2).
Struktur yang berkembang di G. Kaba dan sekitarnya terdiri dari sesar geser dan struktur kaldera. Sesar geser merupakan bagian dari Zona Sesar Sumatera, terdapat di baratdaya G. Kaba, secara lokal dinamakan sebagai sesar Musi – Keruh karena memotong Sungai Musi. Sesar ini berjenis sesar mendatar menganan (dextral horizontal slip fault). Struktur kaldera disebabkan oleh amblesan (collapse), yang kemudian di dalamnya tumbuh pusat-pusat erupsi.
Peta Geologi G. Kaba
Peta Geologi G. Kaba
GEOFISIKA
Jenis gempa yang terekam secara analog adalah gempa-gempa vulkanik. Ciri-ciri gempa ini adalah beda waktu tiba antara fase gelombang S dan P sekitar 0.5-1.2 detik. Magnituda gempa jenis ini lebih kecil daripada 2 skala Richter.

4
Rekaman digital gempa vulkanik G. Kaba dari beberapa stasiun
MITIGASI BENCANA GUNUNGAPI
UPemantauan kegiatan gunungapi dilakukan dari Pos Pengamatan Gunungapi Kaba yang terletak di Desa Sumber Urip. Pengamatan kegempaan dan visual dilakukan terus menerus dari pos pengamatan, sedangkan pemeriksaan kondisi fisik kawah-kawah, pengukuran suhu solfatara/fumarola/mata air panas dilakukan secara temporal.
Visual
Pengamatan visual dilakukan dari pos pengamatan dan sesekali dilakukan di sekitar puncak G. Kaba
Seismik
Pengamatan kegempaan dilakukan dengan menggunakan sensor seismometer L4C (1 komponen, vertical) yang mempunyai frekuensi natural 1 Hz yang ditanam ditubuh G. Kaba, dengan drum perekam dipasang di pos pengamatan. Pengiriman dilakukan dengan menggunakan sistem radio telemetri. Seismometer tersebut ditempatkan dekat puncak G. Kaba (03o 30′ 32′,70″ LS dan102o 37′ 37,40″ BT ketinggian 1893 m dpl

KAWASAN RAWAN BENCANA GUNUNGAPI
Tingkat kerawanan bencana G. Kaba dibagi menjadi tiga tingkat secara berurutan dari tertinggi ke terendah, adalah: Kawasan Rawan Bencana (KRB) III, Kawasan Rawan Bencana II, dan Kawasan Rawan Bencana I. Kawasan Rawan Bencana III adalah kawasan yang sangat berpotensi terlanda awan panas, aliran lava, guguran lava, lontaran batu (pijar), hujan abu lebat dan atau gas beracun. Kawasan Rawan Bencana II adalah kawasan yang berpotensi terlanda awan panas, aliran lava, lontaran batu (pijar), guguran lava dan hujan abu lebat. Kawasan Rawan Bencana I adalah kawasan yang berpotensi terlanda lahar, tertimpa hujan abu dan atau air dengan keasaman tinggi. Apabila erupsinya membesar, maka kawasan ini berpotensi terlanda perluasan awan panas dan tertimpa hujan abu lebat serta lontaran batu (pijar).

5_KRB

Peta Kawasan Rawan Bencana G. Kaba
DAFTAR PUSTAKA
Kusumadinata K., 1978, Data Dasar Gunungapi Indonesia, Direktorat Vulkanologi, Bandung, hal. 77 – 86.
Dirasutisna S., et al., 1989, Pemetaan Daerah Bahaya Sementara Gunungapi Kaba, Kabupaten Rejang Lebing, Propinsi Bengkulu, 25 hal.
Ony K.S., et al., 1990, Laporan Kegiatan Pemetaan GeologiGunungapi Kaba dan sekitarnya, 33 hal.
Suantika G., dan Rochendi D., 2000, Pengamatan Krisis Kegempaan Gunungapi Kaba, 38 hal
Mulyadi D., et al., 2000, Pengukuran Deformasi Gunungapi Kaba- Bengkulu, Sumatera Selatan, 14 hal.
Berita Berkala Vulkanologi, 1990, edisi khusus Gunung Kaba, No.139, Direktorat Vulkanologi, Direktorat Jenderal Geologi dan Sumber daya Mineral, Departemen Pertambangan dan Energi, R.I.
Giggenbach, W.F.and Goguel R. L., 1988, “Collection and Analysis of Geothermal and Volcanic Water and Gas Discharges. DSIR.,Chemistry Devision Report No. CD 2401, Fourth Edition, New Zealand.
Kusumadinata, K., Hadian R., Hamidi S. Dan Reksowirogo, L.D. ,1979, “Data Dasar Gunungapi Indonesia”, Direktorat Vulkanologi, Direktorat Jenderal Geologi dan Sumber daya Mineral, Departemen Pertambangan dan Energi,

0 comments:

Post a Comment

ads

ads