Advertise Here

Promote your business.

Advertise with us

take your brand to new heights.

Advertising info

Let's do cool things together!.

Space available to advertise

Target your audience.

keep calm and advertise

Get your business noticed!.

Sunday, December 21, 2014

Gunung Mekongga

Gunung Mekongga (2620 m dpl) merupakan puncak gunung tertinggi dari pegunungan Mekongga yang terletak di Propinsi Sulawesi Tenggara. Jalur pendakian dimulai dari desa Tinukari yang berarah Barat – menenggara dengan waktu pendakian 7 hari perjalanan.
Daya tarik utama gunung ini adalah hutan yang masih perawan dengan keanekaragaman flora dan faunanya. Hutan pegunungan Mekongga adalah hutan tropis basah Sulawesi yang merupakan habitat hewan endemik khas Sulawesi seperti Elang Hitam Sulawesi dan Anoa.
Puncak gunung Mekongga merupakan suatu kompleks batu gamping yang luas, untuk mencapai puncak para pendaki harus mendaki tebing setinggi kurang lebih 10 m.
Gunung yang sangat cantik, cocok untuk perjalanan juga untuk kegiatan pembukaan jalur rintisan. Banyak alternatif jalur yang bisa dicoba.

Gunung Kabaena

Kemolekan Pulau Sagori, Kabaena, Sulawesi Tenggara, kerap dinikmati oleh turis mancanegara sebelum tragedi bom Bali Oktober 2002. Pulau itu menyimpan misteri, antara lain seringnya kapal karam. Pantas banyak yang menyebutnya Segitiga Bermuda di Kabaena.
Pulau Sagori di Kecamatan Kabaena, Kabupaten Bombana, itu merupakan karang atol berbentuk setengah lingkaran. Pulau tersebut tak lebih dari onggokan pasir putih dengan panjang sekitar 3.000 meter dan pada bagian tengah yang paling lebar, 200 meter.
Wisatawan asing biasanya singgah di pulau itu dengan kapal pesiar setelah mengunjungi sejumlah obyek wisata di Kabupaten Buton dan Muna. Di Sagori mereka berjemur di atas pasir putih sambil menunggu bola matahari yang perlahan meredup saat hendak terbenam. Seusai menyaksikan gejala alam yang mengagumkan itu mereka pun melanjutkan perjalanan.

1631576-gunung-kabaena-c.jpgSagori sebetulnya lebih menarik jika dilihat dari pegunungan di Pulau Kabaena. Dari ketinggian jarak jauh itu Sagori menampilkan sapuan empat warna, yakni biru tua sebagai garis terluar, biru muda, garis putih, kemudian hijau di tengah. Warna hijau bersumber dari tajuk-tajuk pohon cemara yang melindungi pulau tersebut.

Jarak terdekat dengan daratan Kabaena sekitar 2,5 mil. Namun, pengunjung biasanya bertolak dari Sikeli, kota pelabuhan di Kecamatan Kabaena Barat, dengan jarak sekitar empat mil atau sekitar 30 menit dengan perahu motor. Sagori merupakan wilayah Kelurahan Sikeli.

Kata ”sagori” konon diambil dari nama seorang gadis yang ditemukan warga Pongkalaero–kini sebuah desa di Kabaena —pada saat air surut tak jauh dari pulau itu. Gadis itu diceritakan menghuni kima raksasa yang terjebak karena air surut.

Saat ditemukan, gadis tersebut dalam keadaan lemah tak berdaya. Para pemburu hasil laut kemudian menggendongnya ke sebuah onggokan pasir sebelum dibawa ke mokole (raja) di Tangkeno di lereng Gunung Sangia Wita, puncak tertinggi (1.800 meter) di Kabaena.

Namun, setelah beberapa saat diistirahatkan di onggokan pasir, gadis tersebut meninggal dunia. Sebelum meninggal ia sempat menyebut namanya, Sagori. Sejak itu penduduk menamakan onggokan pasir itu Pulau Sagori.

Kuburan kapal

Keindahan Sagori di atas permukaan sangat kontras dengan kondisi alam dasar laut di sekitar pulau tersebut. Belantara batu karang yang terhampar di kawasan perairan pulau itu menyimpan misteri yang menyulitkan para pelaut, bahkan tidak jarang membawa petaka yang amat menakutkan.

Seperti diungkapkan beberapa tokoh masyarakat suku Sama (Bajo) di Kabaena, karang dan perairan Pulau Sagori hampir setiap dua tahun menelan korban berupa kapal pecah karena menabrak karang maupun korban manusia yang dibawa hanyut gulungan ombak pantai pulau tersebut.

Musim libur tahun lalu, misalnya, seorang siswa SMA Negeri 1 Kabaena tewas dihantam ombak yang datang mendadak saat dia bersama sejumlah temannya mandi-mandi di pantai. Sebelumnya, seorang ibu mengalami nasib serupa tatkala sedang mandi-mandi di sana.

Menjelang Lebaran lalu, sebuah kapal kayu kandas kemudian tenggelam di perairan pulau itu saat kapal dalam perjalanan dari Sikeli menuju Jeneponto, Sulawesi Selatan. Tidak ada korban jiwa, kecuali kapal tak dapat diselamatkan.

Dua tahun sebelumnya kecelakaan menimpa sebuah kapal dalam perjalanan dari Bulukumba (Sulsel) menuju Maluku dengan muatan sembako dan bahan bangunan.

”Tidak bisa dihitung lagi jumlah kapal yang terkubur di dasar laut Sagori,” ujar Uja’ (60), nelayan Sikeli dari suku Bajo.

”Kuburan” tersebut termasuk rongsokan kapal layar VOC dan kapal yang diperkirakan berasal dari China di kedalaman sekitar 13 meter saat air surut. Subair (57), Kepala SMP Negeri Sikeli, menemukan kapal tersebut pada 1973. ”Saya yakin itu kapal China karena masih menyimpan harta karun berupa piring antik dan gerabah lainnya,” katanya.

Menurut Subair, kecuali barang pecah belah, petunjuk lainnya adalah simbol-simbol China pada kapal maupun gambargambar naga yang terukir jelas.

Cerita seputar Pulau Sagori mirip Segitiga Bermuda (Bermuda Triangle) di Lautan Atlantik. Sagori juga menjadi kuburan bagi kapal-kapal yang berlayar mendekati pulau yang terletak 2,5 mil arah barat daya Pulau Kabaena itu.

Perairan Segitiga Bermuda terbentuk oleh garis (lurus) imajiner yang menghubungkan tiga titik, masing-masing di Pulau Bermuda, Miami (AS), dan Puerto Rico. Di wilayah perairan segitiga itulah dunia selalu dikejutkan denngan hilangnya sejumlah kapal bersama penumpang dan awaknya tanpa bekas. Bahkan, pesawat terbang juga kerap kali hilang misterius di atas perairan itu tanpa bisa dideteksi. Karena itu, Segitiga Bermuda dikenal sebagai ”Kuburan Atlantik”.
Tragedi kapal VOC

Kecelakaan laut terbesar di Sagori terjadi pertengahan abad ke-17 yang menimpa lima kapal milik VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie), perusahaan dagang Kerajaan Belanda di Asia Timur yang beroperasi di Nusantara untuk memonopoli perdagangan rempah-rempah. Kelima kapal itu bersamaan menabrak karang dalam perjalanan iring-iringan dari Batavia menuju Ternate (Maluku Utara).

Informasi agak lengkap tentang peristiwa empat abad silam itu dipaparkan Horst H Liebner, tenaga ahli bidang budaya dan sejarah bahari pada Badan Riset Kelautan dan Perikanan Departemen Kelautan dan Perikanan, saat mengikuti Simposium Internasional Pernaskahan Nusantara IX di Bau-Bau, 5-8 Agustus 2005 lalu.

Menurut Liebner, peristiwa kandasnya kelima armada VOC di karang Pulau Sagori pada 4 Maret 1650 itu amat menarik untuk diteliti lebih mendetail. Namun, dia mengaku belum sempat membaca keseluruhan naskah catatan harian awak kapal tersebut.

Kelima kapal layar Belanda itu adalah Tijger, Bergen op Zoom (berdaya angkut 300 ton), Luijpaert (320 ton), De Joffer (480 ton), dan Aechtekercke (100 ton). Data daya angkut Tijger yang bertindak sebagai kapal komando tak disebutkan oleh Liebner. Seluruh penumpang (581 orang) dapat diselamatkan. Mereka terdiri dari awak kapal, serdadu, dan saudagar.

Malapetaka tersebut sangat menyengsarakan seluruh penumpang yang terancam kekurangan perbekalan. ”Kami bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena kami masih dapat menyelamatkan sedikit beras yang kering,” tutur Liebner mengutip jurnal yang ditulis salah seorang awak kapal.

Lokasi kecelakaan merupakan daerah asing bagi para pelaut Belanda maupun dunia pelayaran umumnya di zaman itu. Pulau Kabaena yang terdekat dengan lokasi musibah, dalam laporan disebut Pulau Comboina.

Penduduk setempat yang datang ke lokasi pada dasarnya bukan bermaksud menolong, tetapi menjarah seandainya tak dicegah oleh awak kapal. Penduduk yang dilukiskan sebagai ”orang hitam” diartikan Liebner sebagai etnis Sama (Bajo) yang mendiami pesisir Pulau Kabaena.

Hal itu dibenarkan tokoh Bajo H Djafar alias Nggora (80-an). ”Orang Bajo datang membantu sambil mengambil kain untuk bahan pakaian,” tuturnya mengutip tradisi lisan masyarakat Bajo seputar kecelakaan lima kapal VOC 400 tahun silam itu.

Setelah menjelang seminggu hidup di Pulau Sagori tanpa tanda-tanda kemungkinan adanya pertolongan, pimpinan pelaut Belanda memutuskan mengirim sebuah sekoci ke Ambon untuk melaporkan kecelakaan itu kepada Laksamana de Vlamingh.

Mereka juga berusaha membuat sendiri kapal menggunakan bahan-bahan dari kapal yang telah pecah berantakan. Awak kapal menyelamatkan barang dagangan dan 87 pucuk meriam.

Kapal hasil rakitan yang kemudian diberi nama Trostenburg (benteng pelipur lara) itu diluncurkan awal Mei, hampir bersamaan datangnya kapal bantuan pada 7 Mei 1650 yang dikirim atas perintah de Vlamingh. Kedatangan kapal bantuan itu sangat terlambat karena terhalang angin barat yang saat itu bertiup kencang.

Tragedi segera berakhir ketika semua awak kapal bersama muatan dan meriam diangkut ke Batavia. Bangkai kapal tersebut kini masih tergeletak pada kedalaman sekitar lima meter di dasar laut Pulau Sagori. ”Mesin dan baling-balingnya masih ada,” tutur Uja’.

Gunung Rantekambola

Gunung Rantekambola Latimojong 3455 mdpl atau setara dengan 11335 kaki,  salah satu puncak tertinggi dari sekitar 12 puncak pegunungan latimojong. Puncaknya terdapat sebuah batu yang di susun oleh pendaki yang di merupakan tanda titik tertinggi pada puncak ini, durasi waktu untuk mendaki gunung ini sekitar 5-7 hari, jalurnya bisa dari Kec. Mingkendek, Kab. Tanah Toraja, bisa juga dari Kec. Baraka, Kab. Enrekang, dan bisa juga dari Ranteballa Kec. Latimojong, Kab. Luwu. Jalur menuju ke gunung ini agak susah karna melewati punggungan yang sangat dingin karna di atas ketinggian 3000 mdpl lebih dan masih jarang nya orang yang pernah ke puncak ini.

Gunung Nepo

Bulu Nepo adalah sebuah gunung yang terletak di segi tiga emas Parepare, Sidrap dan Barru. Merupakan gunung tertinggi di wilayah tersebut. dari infomasih yang saya temukan tingginya cuma berkisar 1.000 Mdpl.
Tuk mencapai puncak Nepo ada beberapa titik akses, di sini saya memilih Bacukiki, skitar 7 KM dari jantung kota Pare-Pare kampong halaman. Menurut info yg saya dapat dari beberapa pendaki, perjalanan ditempuh skitar 6 jam di sepanjang perjalanan kita disuguhkan pemandangan2 alam yg luar biasa indah. Banyak menyimpan kisah2 tentang sejarah2 perjuangan. Melewati sebuah gunung yang dianggap bertuah oleh penganut animisme tertentu. .
Konon Gunung ini berpasangan dengan Gunung Bambapuang yg ada di Enrekang. Melihat dari struktur gunung memang agak mirip namun puncak Nepo adalah padang rumput, smentara Bambapuang batu cadas, di jaman Belanda ada sebuah tugu di puncak Nepo namun sayang itu sudah di bongkar orang2 yang beranggapan tugu berisi emas.

Gunung Lompobattang

Lampobattang artinya Perut Buncit.Terletak di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Gunung ini berdekatan dengan Gunung Bawakaraeng. Seperti Gunung Bawakaraeng, gunung ini juga menjadi objek pendakian. Bila Gunung Bawakaraeng didaki lewat lokasi wisata Malino, Kecamatan Tinggimoncong, Gunung Lampobattang didaki lewat Kecamatan [ Tompobulu ]. Seperti Gunung Bawakaraeng, gunung ini juga menjadi sasaran penganut singkritisme yang melakukan ibadah haji di puncak gunung ini pada musim haji bulan Zulhijah.


Berada di puncak Gunung Lompobattang, kita melihat puncak Bawakaraeng. Berdiri tegak dengan ketinggian 2.870 Mdpl suhu minimumnya adalah sekitar 15°C dan maksimumnya sekitar 27°C. Luas gunung ini adalah 82.77 km2. Hutan gunung Lampobatang termasuk dalam vegetasi hutan pegunungan bawah dan hutan pegunungan Atas. Tumbuhan yang banyak ditemui adalah jenis Podocarpos ( konifer Asli ), Arega sp. Pohon Mapel ( Acercaesicum ), Rotan, Paku Tiang, Paku Besar, Tahi angin ( Usnea/Lumut kerak/Lychenes ), Arbei ( Morus alba ), Buni ( diplycosi / berbau seperti gandapura ), Lumut Aerobryum, Edelweis ( andaphaus javanicum ), dan sebagainya. Sedangkan faunanya adalah Anoa ( Bulbalus depressicrnius ), babi hutan, babi rusa, burung coklat paruh panjang dan Elang sulawesi
Nama : Gunung Lompobattang
Nama Internasional  : Mount Lompobattang
Bentuk / Nama Lain : Lompobatang
Ketinggian : 2871 meter / 9419 kaki
Negara : Indonesia
Wilayah / Benua : Asia
Keterangan Wilayah : Pulau Sulawesi (Celebes)
Huruf Awal Nama : L
Tipe / Jenis : Gunung
Peringkat Ketinggian (Dunia) : Belum Tersedia
Koordinat Peta : Belum Tersedia
Penonjolan (meter) : Belum Tersedia
Informasi Tambahan : Kabupaten Gowa
Keterangan : -
Sumber Data :  Wikipedia, dan sumber internet lainnya
 

Gunung Rantemario Peg. latimojong

Adalah puncak teringgi di pulau Sulawesi yang pencapai tinggi 3478 mdpl.dengan kordinat 120°01′30″ BT – 03°23′01″ LS.dan berada tepat pada deretan pegunungan latimojonggunung ini tidak terlalu sulit tuk dijangkau hanya butuh 2-3 hari untuk sampai ke puncak. Dari puncak kita dapat melihat pemandangan yang begitu indah sepanjang mata memandang hanya awan yang membentang..,di puncak terdapat sebuah tiang tranggulasi setinggi 1,5 meter terbuat dari beton. jalur menuju puncak ini ada dua : yaitu dari kec,Baraka kab, enrekang dan kec.latimojong kab, luwu.
Masih banyak orang yang dapat membedakan antara Gunung Rantemario 3478 mdpl dengan Gunung latimojong 3305 mdpl, sebenarnya kedua puncak itu berbeda Gunung Rantemario puncaknya berada pada bagian utara tepatnya di daerah Karangan, Baraka (Kab Enrekang), sedangkan Gunung latimojong berada pada baguan selatan tepatnya di daerah Tibussan (kab. Luwu), keduanya adalah puncak tertinggi di Pegunungan Latimojong, ini juga di sebabkan banyaknya data-data yang kurang akurat yang tersebar, di tambah pengetahuan si pembaca yang tak mengetahui perbedaan antara Gunung dan Pegunungan. Pegunungan ini membujur dari Barat ke timur, dan melintang dari Utara ke Selatan. Konon kabarnya pegunungan ini merupakan tempat asal usul dari nenek moyang orang Enrekang, Toraja, Luwu dan Bone. Sedangkan saat ini yang mendominasi daerah Baraka hingga dusun terakhir Karangan adalah orang suku Duri yang berbicara dengan bahasa Duri. Berikut adalah urutan puncak-puncak pegunungan latimojong
 
Gunung Rantemario Peg. latimojong 3478 MDPL adalah salah satuh puncak dari beberapa puncak di pegunungan latimojong gunung Rantemario Latimojong merupakan puncak tertinggi Se-Sulawesi yang mencapai ketinggian 3478 mdpl. Gunung Rante Mario juga merupakan salah satuh gunung tersulit  di Sulawesi selatan menurut data kami, dikarnakan cuaca dan iklim yang sangat dingin apabila anda ingin menginap di puncak,
Sumber mata pencaharian penduduk di daerah perdusunan Pegunungan Latimojong adalah bertani kopi. Curah hujan rata-rata adalah 94,6 mm/tahun. Musim pendakian yang paling baik adalah dari Bulan July hingga Agustus. Anoa masih banyak terdapat di pegunungan ini, meskipun sudah dilindungi karena jumlahnya yang mulai berkurang, akan tetapi pemburuan ilegal masih terus berlangsung, baik oleh penduduk lokal maupun pendatang yang sengaja datang untuk berburu.

gunungBuntu Kabobong

Buntu Kabobong, buntu (Bahasa duri) = gunung, kabobong (bahasa duri) = alat kelamin wanita, sehingga buntu kabobong berarti gunung yang berbentuk alat kelamin wanita. Terletak di Kabupaten Enrekang Sulawesi Selatan 260 km arah utara Kota Makassar. 7 km dari rumahku. Objek wisata ini sebenarnya bukan gunung tapi bukit yang jika diperhatikan secara seksama menyerupai alat kelamin wanita. Semasa sekolah di sma dulu, saya dan teman - teman sering ke tempat ini sepulang dari kegiatan ekstrakurikuler sekolah di sore hari. Sekalian melatih Bahasa Inggris dengan para turis yang hendak melancong ke Tanah Toraja. Sangat mudah untuk ke sana, cukup naik kendaraan melalui jalan poros Makassar - Tana Toraja. Di pinggir jalan itulah kita dapat secara langsung menatapnya dari atas. Kalau cuaca lagi hujan atau terik matahari kita dapat berteduh di warung - warung, kafe, dan villa yang terdapat di sepanjang jalan.
Bukit inilah salah satu ikon kabupatenku, bukit yang hijau, cuaca yang sangat sejuk karena di pegunungan. Di tambah pula aliran sungai yang mengalir di kaki bukit Buntu Kabobong menambah cantik panorama.
Banyak versi tentang mitos asal mula terjadinya bukit yang erotis ini. Salah satunya dari guru geografi sma ku. Pada zaman dahulu kala terkisahlah dua pemuda dan pemudi yang dilanda asmara. Keduanya di maduk cinta sehinggga terjadilah perbuatan yang tidak senonoh di antara keduanya. Perbuatan mereka diketahui oleh seluruh masyrakat, sehingga mereka berdua diusir dari perkampungan. Dalam perjalan mereka ke arah selatan, si pemudi sangat menyesali apa yang telah ia lakukan. Si pemudi pun mencabut alat kelaminnya dan membuangnya ke arah timur. Dan JENG..JENG….!!!!! terbentuklah sebuah bukit yang berbentuk alat kelamin wanita.
Jangan lupa kalau hendak berwisata ke Tanah Toraja untuk sejenak singgah di objek wisata ini. Tipsnya berangkatlah pada pagi hari dari Makassar sehingga tepat sampai di Buntu Kabobong pada sore hari. Ngomong - ngomong mirip ngga yaah bukit itu dengan alat kelamin wanita???, soalnya aku kan belum beristri jadi belum punya referensi.

Gunung Bawakaraeng

Gunung Bawakaraeng berada di wilayah Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Di lereng gunung ini terdapat wilayah ketinggian, Malino, tempat wisata terkenal di Sulawesi Selatan. Secara ekologis gunung ini memiliki posisi penting karena menjadi sumber penyimpan air untuk Kabupaten Gowa, Kota Makassar, Kabupaten Bantaeng, Kabupaten Bulukumba dan Kabupaten Sinjaimenurut mitos : Bawakaraeng bagi masyarakat sekitar memiliki arti sendiri. Bawa artinya Mulut, Karaeng artinya Tuhan. Jadi Gunung Bawakaraeng diartikan sebagai Gunung Mulut Tuhan.Penganut sinkretisme di wilayah sekitar gunung ini meyakini Gunung Bawakaraeng sebagai tempat pertemuan para wali. Para penganut keyakinan ini juga menjalankan ibadah haji di puncak Gunung Bawakaraeng setiap musim haji atau bulan Zulhijjah, bersamaan dengan pelaksanaan ibadah haji di Tanah Suci. Tepat tanggal 10 Zulhijjah, mereka melakukan salat Idul Adha di puncak Gunung Bawakaraeng atau di puncak Gunung Lompobattang.Gunung Bawakaraeng memiliki hutan gunung yang didominasi oleh vegetasi hutan dataran rendah, hutan pengunungan bawah dan hutan pegunungan atas. Tumbuhan yang banyak ditemui diantaranya
Jenis pinus
Anggrek
Edelweis
Paku-pakuan
Pandan
Cengkeh
Kayu santigi
Rotan
Lumut kerak dan lain sebagainya.
Sedangkan untuk jenis fauna bawakaraeng yang bisa ditemui antara lain, Anoa
Babi Hutan
Burung pengisap madu
Burung coklat paruh panjang dan lainnya.
Dan Menyangkut Adat Istiadat Haji Bawakaraeng.

Gunung Bawakaraeng bagi masyarakat sekitar memiliki arti sendiri. dimana jika bawakaraeng sedniri terbagi menjadi 2 kata yaitu Bawa artinya Mulut, Karaeng artinya Tuhan (Raja). jika diartikan secara luas Gunung bawakaraeng adalah sebagai Gunung Mulut Tuhan.Penganut sinkretisme di wilayah sekitar gunung ini meyakini Gunung Bawakaraeng sebagai tempat pertemuan para wali.Selain itu Gunung bawakarang juga mempunyai sebutan lain sebutan predikat lain bagi Gunung ini yakni Buttatoayya dari bahasa makassar, jika diartikan dalam kata seperti Butta berarti Tanah, Toa berarti Tua, dan Ayya menunjukkan kata sifat, jika diartikan secara menyeluruh dan secara harfiah Buttatoayya berarti Tanah yang memiliki sifat yang Tua, atau secara maknawiah Buttatoayya menegaskan sebagai suatu tempat yang tinggi yang dituakan. karena telah dipilih atau disepakati oleh para wali atau para karaeng atau kaum suci Agama Islam sebagai tempat untuk berdoa bersembahyang dan bertemu untuk membicarakan kebaikan.Predikat Bawakaraeng sebagai Buttatoayya lalu didudukkan pada sebuah Gunung yang diberi nama Bawakaraeng. Predikat Buttatoayya lebih dipahami oleh pelaku tradisi budaya atau ritual mistis atau mereka yang sangat mendalami kedudukan Bawakaraeng. Para penganut keyakinan ini juga menjalankan ibadah haji di puncak Gunung Bawakaraeng setiap musim haji atau bulan Zulhijjah, bersamaan dengan pelaksanaan ibadah haji di Tanah Suci. Tepat tanggal 10 Zulhijjah, mereka melakukan salat Idul Adha di puncak Gunung Bawakaraeng atau di puncak Gunung Lompobattang.Gunung Bawakaraeng juga terdaftar sebagai gunung yg paling sering dikunjungi baik itu oleh para warga setempat untuk sembahnyang pada bulan haji, maupun para pendaki Gunung seperti MAPALA  (Pecinta Alam) lainya yang berada diSulawesi Selatan atau Adventure dari luar provinsi bahkan pulau. pada bulan – bulan di musim penghujan, kondisi cuaca di gunung ini menjadi sangat buruk dan sering terjadi badai di pegunungan lompobatang. Waktu kunjungan terbaik biasanya di anjurkan pada bulan Mei – September, karena pada bulan tersebut cuaca lumayan baik dan pemandangan alam akan begitu terlihat indah. Gunung Bawakaraeng hanya berjarak 75 km dari Kota Makassar dan menjadikan gunung favorites bagi pendaki di Kota Makassar dan sekitarnya.Gunung Bawakaraeng sebenarnya bukanlah sebuah gunung menurut pakar peneliti Gunung Indonesia karena Gunung Bawakaraeng terletak atau bagian dari jajaran pegunungan Lompobattang serta salah satu puncak dan puncak tertinggi dari jajaran pegunungan Lompobattang. Beberapa puncak di jajaran pegunungan Lompobattang, antara lain : puncak Van Bonthain (umumnya disebut puncak Lompobattang), puncak Bulu Assuempolong, puncak Bulu Kaca, puncak Ko’bang, puncak Bulu Baria, puncak Bulu Porong, Puncak Bawakaraeng dan puncak Sarobaiyya. Secara geologis bermula dari terbentuknya formasi gunung api Lompobattang yang pecah meletus dan membentuk sejumlah kawah (saat ini lebih dikenal dengan Lembah Ramma, Lembahlowe dan Lembah Anjayya) lalu terjadinya proses pengangkatan gunung Bawakaraeng dan membentuk kesatuan jajaran pegunungan Lompobattang.Adanya Bekas Longsoran di Gunung Bawakaraeng Terbentuknya Gunung Bawakaraeng karena adanya Longsoran yang terjadi di kaki Bukit bawakaraeng Pada hari Jumat, tanggal 26 Maret 2004 sekitar pukul 14.00 WITA, tepatnya di Kecamatan Tinggimoncong Musibah longsor ini menewaskan 30 warga dan menimbum ribuan areal sawah dan perkebunan. wilayah longsor tersebut mengakibatkan daerah aliran sungai (DAS) menjadi labil. Setiap musim hujan, lumpur di kaki Gunung Bawakaraeng mengalir masuk ke Bendungan Bilibili, bedungan terbesar di Sulawesi Selatan yang ada di Kabupaten Gowa, yang menjadi sumber air baku di Gowa dan Makassar. Lumpur juga mengalir masuk ke Sungai Jeneberang, sungai terbesar di Gowa yang membelah Sungguminasa ibukota Kabupaten Gowa serta membendung Kota Makassar di wilayah selatan.Mendaki Kepuncak BawakarengUntuk menuju ke puncak Gunung Bawakaraeng terdapat beberapa jalur atau lokasi pemberangkatan awal seperti, Jalur Menuju Puncak. Lembanna terletak disebelah Utara Laut puncak Bawakaraeng. Daerah ini juga berada tepat dikaki Gunung Bawakaraeng dengan ketinggian 1.400m d.p.l, pada posisi koordinat 119°54’18? BT dan 05°15’15? LS.Mata pencaharian penduduknya adalah bertani. Curah hujan rata-rata adalah 2.034mm/tahun dengan suhu udara minimum 15°C dan maksimum 20°C. umumnya penduduknya ber etnik Makassar atau penduduk asli, dan umumnya rumahnya bersedia digunakan untuk bermalam. Desa yg termasuk dalam kecamatan Tinggi Moncong, kabupaten Gowa, lebih dikenal dengan daerah Wisata Malino.Masyarakat desa Lembana ini sangat ramah dan bersahabat, banyak pendaki yang menginap gratis di rumah penduduk sebelum mendaki, Tiap akhir pekan tempat ini selalu ramai dikunjungi oleh Pendaki yang ingin mendaki gunung Bawakaraeng ataupun orang yang hanya sekedar santai menikmati hari libur dikaki Gunung Bawakaraeng. Urutan pencapaian dari Makassar dengan rute Perjalana Makassar to Sungguminasa to Malino-Lembanna–Puncak Gunung BawakaraengJika datang dari Makassar atau dari Luar pulau sulawesi, naik angkutan Kota menuju ke Terminal Gowa, atau bisa juga Turun di perempatan Sunggu Minasa, Jalan arah ke Malino. Dari sini, Naik Angkutan Pedesaan jurusan Malino, waktu tenpuh kurang lebih 2-3 jam perjalanan. Biasanya Sopir angkutan sudah hafal, kalau ada pendaki yg akan mendaki Gunung Bawakaraeng, Sopir Angkutan akan mengantar sampai ke Desa lembanna. Desa terakhir di kaki Gunung Bawakaraeng. Tariff per Orang Rp. 8000. para pendaki pada umumnya bermalam terlebih dahulu di Desa lembanna, yg punya ketinggian 1400 Mdpl, baru keesokan paginya pendakian dimulai. Atau bisa juga melakukan pendakian pada Malam hari.Pendakian dimulai dari Desa Lembanna, medannya berupa perkebunan penduduk lalu mulai masuk pintu Hutan Pinus dan untuk mencapai Pos 1 dibutuhkan waktu 1-2 jam perjalanan.Pendakian dimulai Pos 1 BawakaraengDari Pos 1 yg ketinggian mencapai 1650 mdpl, pendakian terus landai hingga mencapai Pos 2, diperlukan waktu tak lebih dari 1 jam perjalanan, disini tersedia mata air yg mengalir.Pendakian Pos 2 BawakaraengPerjalanan belum terlalu mendaki, masih landai dan mulai masuk vegetasi hutan khas sulawesi, waktu tempuh tak berbeda dengan dari Pos 1 ke Pos 2,Pendakian Pos 3 BawakaraengDi pos 3 juga tersedia mata air dan bisa mendirikan Tenda.Pendakian Pos 4 BawakaraengPos 4 di tempuh dalam waktu lebih dari 1 Jam perjalanan dan perjalanan di lanjut hingga Pos 5, di pos 5 terdapat mata air, hanya saja lumayan jauh. Biasanya I Pos 5 digunakan untuk bermalam.Pendakian Pos 5 BawakaraengDari Pos 5, perjalanan mulai mendaki dan sepanjang perjalanan akan melewati Pohon-pohon yg tumbang karena dari Pos 5 – 6, hutannya habis terbakar, kalau mendaki malam hari sebaiknya berhati-hati, karena disini biasanya pendaki sering tersasar, karena jalur tak begitu terlihat.Pendakian Pos 6 BawakaraengKetika tiba di Pos 6, perjalanan masih melalu hutan yg lumayan lebat, perjalanan terus melandai dan mulai mendaki dan hutan mulai menghilang berganti vegetasi hutan yg berbeda dan setelah 2 jam perjalanan, akan tiba di Pos 7, yg punya ketinggian 2710 mdpl.Pendakian Pos 7 BawakaraengDi Pos 7 pemandangan sangat indah dan lumayan terbuka. Dipos 7 inilah yg sering terjadi badai.Pendakian Pos 8 BawakaraengDari Pos 7 menuju Pos 8, jalur mulai naik turun, di sepanjang jalur ini terdapat 2 kuburan dan ada pula In-memoriam pendaki yg tewas, setelah melewati 2 bukit yg punya ketinggian rata-rata 2700 mdpl, jalur akan menurun dan Tiba di Pos 8, disini tersedia mata air, dan biasanya pendaki bermalam disini baru keesokan paginya menuju puncak Bawakaraeng. Pemandangan rumput savana dan puncak Bawakaraeng terlihat dari pos 8 ini, suhu pada malam hari antara 8-10 derajat.Pendakian Pos 9 BawakaraengSetelah melewati padang savana dan ada kebun edelweis maka akan Pos 9 di tempuh kurang lebih 1 jam perjalanan, di pos 9 juga bisa digunakan untuk mendirikan tenda.Pendakian Pos 10 BawakaraengPos 10 adalah Puncak Gunung Bawakaraeng. Untuk mencapai puncak bawakaraeng, tidak lah terlalu sulit, walaupun sedikit mendaki. Setelah menempuh kurang lebih seper dua jam perjalanan, maka akan tiba di Puncak Bawakaraeng. Sebaiknya sebelum menuju puncak perhatian kondisi alam di puncak, terkadang angin bertiup lumayan kencang.Rute alternative bisa juga menggunakan jalur lintas, yaitu melewati lembah Rama, dari Pos 1 ada percabangan jalan, ambil jalur kanan dan tembuh di Pos 8, jalur ini lumayan panjang dan melewati lembah yg lumayan luar, bisa melihat Air Terjun Taka Palu yg punya ketinggian 50 meter. Rute Alternative lintas LompoBatang, Pendakian bisa juga lintas ke Gunung LompoBatang melalui puncak Gunung Bawakaraeng dan Turun di Kabupaten Gowa, menurut informasi dibutukan waktu 3 hari perjalanan.Ke Bawakareng Melalui Jalur TassosoDusun Tassoso’ terletak disebelah Timur Laut puncak Gunung Bawakaraeng. Daerah ini yang berda tepat dibawah kaki gunung ini dan berada pada ketinggian 1.320m d.p.l, pada posisi koordinat 119°58’38? BT dan 05°58’55? LS. Mata pencaharian penduduknya adalah bertani. Curah hujan rata-rata adalah 78.7mm/tahun dengan suhu udara minimum 15°C dan maksimum 27°C.Urutan pencapaian dari Makassar sebagai berikut Makassar Sinjai Manipi Gunung Perak Tassoso Puncak Gunung Bawakaraeng. Demikianlah Ulasan lengkap mengenai Gunung Bawakaraeng Mungkin Bisa Bermanfaat Bagi kita semua yang membutuhkan informasi seputar gunung tertinggi di sulawesi selatan atau bisa di jadikan bahan pertimbangan bagi sahabat Pencinta Alam yang ingin Melakukan Pendakian Gunung yang ada di sulawesi Selatan.

Gunung Balease

Gunung Balease 2894 mdpl adalah salah satu puncak di Peg.Karoue. Secara geografis gunung ini terletak pada posis koordinat 120°32’29” BT dan 2°24’22” LS., Secara administratif Gunung Balease termasuk dalam wilayah Kabupaten Luwu Utara dan start poinnya dari Desa Bantimurung, Kec.Bone-Bone, Kab.Luwu Utara Sulawesi Selatan.
Puncak Gunung Balease  terletak antara Gunung Kabentonu dan Gunung Tolangi, lokasinya masih sangat tertutup, sehingga membuat pemandangan di puncak hampir tak ada, hanya ada pohon-pohon kecil di sepanjang mata memandang, tetapi yang paling menarik dari Gunung Balease adalah Negeri Lumut dimana hanya ada lumut yang di jumpai yang berlokasi di sebuah lembah sebelum naik ke puncak Balease, selain itu yang menarik di Gunung Balease adalah Lembah Waru adalah sebuah daerah yang tergenang oleh air dan membentuk sebuah yang menyerupai danau atau telaga, Gunung Balease tidak terlaluh jauh dari Puncak Tolangi sekitar 4-5 jam. Tetapi jika sudah sore lebih baik camp di tolangi dikarnakan jarak pandang berkurang dan dapat membuat anda salah jalur. Jika ingin ke Puncak Gunung Balease butuh sekitar 8-10 hari PP (dari Start Poin Perjalanan) Puncaknya di tandai oleh sebuah trianggulasi dari besi di buat oleh KPA Batara  Sawerigading.

Gunung Tokala

Gunung Tokala adalah sebuah Gunung yang terletak di negara Indonesia yang memiliki ketinggian 2630 meter, atau setara dengan 8629 kaki.  Dataran tinggi berbentuk Gunung yang bernama Gunung Tokala ini berada di wilayah Asia.  Apabila anda memiliki uang serta keberanian yang cukup anda bisa mengunjungi Gunung Tokala di Indonesia, Asia untuk melakukan pendakian maupun sekedar menikmati pemandangan alamnya (selama diijinkan oleh pemerintah setempat).  Gunung Tokala merupakan ciptaan Tuhan yang sempurna, kokoh dan indah yang harus kita syukuri dan kita pelihara.

Informasi Lebih Rinci (Detil) Gunung Tokala :

Nama : Gunung Tokala
Nama Internasional  : Mount Tokala
Bentuk / Nama Lain : -
Ketinggian : 2630 meter / 8629 kaki
Negara : Indonesia
Wilayah / Benua : Asia
Keterangan Wilayah : Pulau Sulawesi (Celebes)
Huruf Awal Nama : T
Tipe / Jenis : Gunung
Peringkat Ketinggian (Dunia) : Belum Tersedia
Koordinat Peta : Belum Tersedia
Penonjolan (meter) : Belum Tersedia
Informasi Tambahan : -
Keterangan : -
Sumber Data :  Wikipedia, dan sumber internet lainnya

Gunung Tinombala

Gunung Tinombala adalah sebuah Gunung yang terletak di negara Indonesia yang memiliki ketinggian 2183 meter, atau setara dengan 7162 kaki.  Dataran tinggi berbentuk Gunung yang bernama Gunung Tinombala ini berada di wilayah Asia.  Apabila anda memiliki uang serta keberanian yang cukup anda bisa mengunjungi Gunung Tinombala di Indonesia, Asia untuk melakukan pendakian maupun sekedar menikmati pemandangan alamnya (selama diijinkan oleh pemerintah setempat).  Gunung Tinombala merupakan ciptaan Tuhan yang sempurna, kokoh dan indah yang harus kita syukuri dan kita pelihara.

Informasi Lebih Rinci (Detil) Gunung Tinombala :

Nama : Gunung Tinombala
Nama Internasional  : Mount Tinombala
Bentuk / Nama Lain : -
Ketinggian : 2183 meter / 7162 kaki
Negara : Indonesia
Wilayah / Benua : Asia
Keterangan Wilayah : Pulau Sulawesi (Celebes)
Huruf Awal Nama : T
Tipe / Jenis : Gunung
Peringkat Ketinggian (Dunia) : Belum Tersedia
Koordinat Peta : Belum Tersedia
Penonjolan (meter) : Belum Tersedia
Informasi Tambahan : Kabupaten Perigi Moutong, Pegunungan Bosagong
Keterangan : -
Sumber Data :  Wikipedia, dan sumber internet lainnya

Gunung Sojol

Gunung Sojol merupakan Gunung tertinggi di Propinsi Sulawesi Tengah, Gunung dengan ketinggian mencapai 3.025 Mdpl ini terletak di Kecamatan Sojol Utara Kabupaten Donggala. Kecamatan Sojol berjarak 190 Km dan memakan waktu perjalanan delapan jam dari Palu Ibukota Propinsi Sulawesi Tengah.


www.belantaraindonesia.org

Para pendaki biasanya memulai pendakian dari salah satu desa di kaki gunung Sojol yaitu desa Siboang, untuk mencapai desa ini dari kota Palu bisa menggunakan jasa angkutan umum dari terminal Mamboro Palu dengan biaya Rp.100.000.

Seperti umumnya pendakian ke gunung lainnya di Sulawesi Tengah, pendakian gunung Sojol termasuk pendakian berat, hal ini dikarenakan panjangnya jalur / lintasan pendakian yang disebabkan titik start pendakian yang dimulai dari bawah ( 50 Mdpl ), berbeda dengan pendakian beberapa gunung di Jawa yang titik start berkisar 500 -100 Mdpl.

Selain itu kondisi medan yang sangat alami juga menyulitkan para pendaki. Pendakian ke Sojol bukan sebatas trekking atau hiking saja, jarangnya pendakian ke gunung ini menyebabkan setiap pendaki harus membuka / merintis jalur sendiri, termasuk menentukan arah lintasan yang akan ditempuh, ditambah dengan kondisi hutan tropis yang sangat rapat.

Dengan kondisi medan seperti diatas, kesiapan tim pendakian harus benar - benar matang, mulai dari perlengkapan navigasi, perbekalan hingga golok untuk merintis jalur.

Beberapa kali pendakian yang dilakukan oleh beberapa tim pendaki baik dari Sulteng maupun dari luar membutuhkan waktu pendakian berkisar antara 12 - 20 hari dilapangan. Dengan waktu tempuh sedemikian lama tentunya beban peralatan dan perbekalan semakin bertambah.

Namun meski sedemikian berat, tentu para petualang sejati tak akan surut bahkan semakin tertantang untuk menjajal dan menikmati pesona pendakian ke Gunung Sojol.

Gunung Nokilalaki

Gunung Nokilalaki dengan ketinggian 2535 mdpl, merupakan salah satu tujuan pendakian yang cukup popular di Sulawesi Tengah. Selain jalur pendakian yang baik, keindahan alam dan kekayaan flora fauna di kawasan ini menjadi daya tarik tersendiri bagi kalangan yang menggemari aktifitas alam bebas. Nokilalaki terletak di kecamatan Palolo kabupaten Sigi, atau berada di sebelah timur kota Palu, dapat di capai dengan dengan kendaraan selama 45 menit dari Kota Palu. Gunung ini berada dalam kawasan Taman Nasional Lore Lindu.
Sepanjang jalur pendakian menuju puncaknya anda akan melalui hutan tropis dengan pepohonan yang lebat, sumber air terdapat hampir di sepanjang jalur. Di sepanjang jalur pendakian terdapat tiga lokasi shelter yang bisa digunakan sebagai tempat menginap para pendaki.
Di gunung ini ada beberapa alternatif jalur, namun yang umum digunakan para pendaki adalah jalur pendakian daari desa Tongoa kecamatan Palolo. Dari desa yang berada di ketinggian 200 meter dari permukaan laut inilah pintu masuk yang bagus ke gunung Nokilalaki.
Pendakian kegunung ini memakan waktu 3 hingga 4 hari perjalanan normal dan santai. Kondisi medan juga cukup bervariasi dari landai, menanjak hingga cukup terjal, namun kondisi hutan dan suasana alami akan mengurangi kelelahan anda selama mendaki di gunung ini.
Data-data :
Gunung Nokilalaki mempunyai ketinggian 2.535 Mdlp, berada di kec. Palolo, Desa Tongoa, Kab. Sigi Biromaru, Sulawesi Tengah yang berjarak lebih kurang 62 Km dari kota Palu ibu kota Sulawesi Tengah. Flora yang terkenal yaitu Ekualiptus dan Rotan, sedangkan faunanya adalah Anoa, Kupu-kupu, Monyet dan berbagai jenis burung.

Gunung Kalangkangan

Gunung Kalangkangan adalah sebuah Gunung yang terletak di negara Indonesia yang memiliki ketinggian 2183 meter, atau setara dengan 7162 kaki.  Dataran tinggi berbentuk Gunung yang bernama Gunung Kalangkangan ini berada di wilayah Asia.  Apabila anda memiliki uang serta keberanian yang cukup anda bisa mengunjungi Gunung Kalangkangan di Indonesia, Asia untuk melakukan pendakian maupun sekedar menikmati pemandangan alamnya (selama diijinkan oleh pemerintah setempat).  Gunung Kalangkangan merupakan ciptaan Tuhan yang sempurna, kokoh dan indah yang harus kita syukuri dan kita pelihara.

Informasi Lebih Rinci (Detil) Gunung Kalangkangan :

Nama : Gunung Kalangkangan
Nama Internasional  : Mount Kalangkangan
Bentuk / Nama Lain : -
Ketinggian : 2183 meter / 7162 kaki
Negara : Indonesia
Wilayah / Benua : Asia
Keterangan Wilayah : Pulau Sulawesi (Celebes)
Huruf Awal Nama : K
Tipe / Jenis : Gunung
Peringkat Ketinggian (Dunia) : Belum Tersedia
Koordinat Peta : Belum Tersedia
Penonjolan (meter) : Belum Tersedia
Informasi Tambahan : Kabupaten Toli-Toli
Keterangan : -
Sumber Data :  Wikipedia, dan sumber internet lainnya

Friday, December 19, 2014

Gunung Gawalise

Kalau anda gemar mendaki gunung dan kebetulan tengah berada di kota Palu, maka mendaki gunung Gawalise adalah sebuah kesempatan yang sungguh sayang bila terlewatkan. Betapa tidak, gunung yang berada tepat di sebelah barat kota Palu ini bukan hanya menawarkan tantangan olahraga alam bebas namun juga pesona panorama alam dan khazanah budaya masyarakat setempat yang sangat indah.
Gunung Gawalise merupakan salah satu gunung di Sulawesi Tengah yang menjadi tujuan para pendaki, baik dari sulteng sendiri maupun dari luar.Gunung ini terletak disisi barat kota Palu, dengan ketinggian mencapai2023 m,Jalur pendakian ke Gunung melalui kelurahan Silae tepatnya dari lokasi Taman Ria kota Palu atau dibibir pantai teluk Palu.
Pendakian ke gawalise termasuk ideal, hal ini dikarenakan akses para pendaki yang cukup mudah, dapat ditempuh sekitar 10 menit dari pusat kota palu dengan angkutan umum. 1 jam perjalanan dari pelabuhan pantoloan atau cukup 15 menit dari bandara mutiara Palu.
Selain lokasi yang mudah dan murah dicapai, Puskesmas atau rumah sakit juga cukup dekat, Puskesmas lengkap yang terdekat adalah puskesmas Kamonji sekitar 3 Kilometer dari titik start dan Rumah Sakit Umum Anutapura 3 kilometer yang mudah dicapai dengan angkutan umum.
Pos Polisi juga tidak begitu jauh, kantor Polsek Palu Barat hanya berkisar 2,5 kilometer.Saat anda mengakhiri pendakian, tak ada salahnya anda mampir di tepi pantai Taman ria yang akan anda lalui nantinya, selain sekedar melepas lelah disini anda bisa menikmati pemandangan khas Teluk Palu sembari mencicipi aneka makanan khas Palu di warung-warung tenda yang berjejeran di sepanjang garis pantainya. Nah, semoga anda berkesempatan menjajal tantangan sekaligus menikmati keindahan gunung gawalise.
Gunung Gawalise berada di sebelah barat kota Palu tepatnya di kelurahan silae. Gunung ini merupakan pilihan alternatif para pendaki di Palu  karena jaraknya yang cukup dekat dari pusat kota. hanya sekitar 15 menit perjalanan mobil, kita telah sampai di kaki gunung.
gunung gawalise tak hanya sebagai tempat pendakian tapi juga sebagai tempat observasi para ilmuwan yang ingin meneliti berbagai jenis flora dan fauna di gunung ini. tak hanya itu gunung ini juga menawarkan panorama kota palu dari ketinggian.
Perjalanan di mulai dari pelabuhan pantoloan kemudian naik mobil ke kelurahan silae (palu barat) dan turun di rumah makan “simpang lima” dari sini anda harus menyusuri jalan aspal sekitar 500 m untuk sampai ke desa Dombu (kaki gunung Gawalise). desa Dombu di diami oleh suku da’a sub etnis suku kaili. warga desa dombu juga masih sangat primitif dan sangat menjaga adat istiadat mereka.
Kaki Gunung – POS 1 :

jalur dari kaki gunung ke pos 1 bisa di bilang cukup menantang, karena banyak nya tanjakan terjal hingga sampai kemiringan + 80′ dan ilalang – ilalang yang tingginya melewati kepala kita juga sawah – sawah warga yang kadang harus di rusak tanamannya untuk bisa di lewati. lama perjalanan ke pos 1 di tempuh dalam 5-6 jam dan berada di ketinggian + 1000 mdpl. perlu di ketahui bahwa ketersediaan air di pos 1 sangat sedikit saran saya jika ingin mendaki gunung ini bawalah air yang jumlahnya lebih. karena sumber air hanya ada di pos 1. daerah datar di pos 1 juga terbatas sehingga kita harus bangun tenda di kemiringan.
KET POS 1 :
Ketinggian : + 1000 mdpl
Suhu : 35 sampai 33 derajat celcius
Air : Pancuran Mata Air (sangat sedikit)
POS 1 – POS 2 :
Setelah melalui perjalanan panjang ke pos 1 kita dapat melanjutkan kembali ke pos 2 yang dimana jalurnya hampir sama dengan jalur pos 1. yaitu banyaknya tanjakan terjal dan ilalang – ilalang yang menutupi kepala. dan bahkan parahnya kita harus memanjat susunan batu – batu alami untuk sampai ke pos 2. dari sini (pos 2) kita dapat menyaksikan keindahan kota Palu yang di kelilingi gunung dan di belah oleh sungai di tengah – tengahnya, sungguh menawan. di pos 2 juga kita dapat menemui tanaman bunga abadi “edeilweys” jika anda ingin memetiknya jangan sampai ketahuan pendaki lain okee.. he he he…
KET POS 2 :
Ketinggian : + 1500 mdpl
Suhu : 34 sampai 33 derajat celcius
Air : tidak ada
POS 2 – POS 3 :
Setelah istirahat sejenak perjalanan di lanjutkan ke pos 3. beda halnya dengan pos 1 & pos 2, Pos 3 ini memiliki keistimewahan karena di jalur ini terdapat bangkai pesawat Merpati Fokker yang menabrak di gunung ini sekitar tahun 1994 juga jalurnya yang agak bersahabat dengan kita di mana banyak jalan rata di banding tanjakan. tapi keadaan pos 3 sangat sempit untuk bangun tenda sehingga kebanyakan para pendaki hanya beristirahat sebentar dan lanjut lagi perjalanan ke Puncak.
KET POS 3 :
Ketinggian : + 1800 mdpl
Suhu : 35′ (siang) 20′ (malam)
Air : tidak ada
POS 3 – PUNCAK :
Perjalanan dari Pos 3 ke Puncak dapat di tempuh dalam 1-1,5 jam jalurnya melewati punggung – punggung bukit dan menerobos hutan tropis lebat. keadaan di puncak cukup dingin dan selalu di selimuti oleh kabut sehingga membatasi jarak pandang. Dan juga kurangnya StringLine (penunjuk arah). di puncak kita akan mendapati tugu yang menandakan titik tertinggi gunung gawalise dan terdapat sebuah tempat penampungan air hujan untuk para pendaki yang kehausan. saran saya sebelum minum air hujan itu saring terlebih dahulu karena banyak jentik – jentik nyamuk di dalamnya..ckckck benar – benar Survive.
KET PUNCAK :
Ketinggian : 2023 mdpl
Suhu : 33 sampai 28 derajat celcius
Air : penampungan hujan (sangat sedikit)
PUNCAK – KAKI GUNUNG :
dapat di tempuh dalam waktu 5 jam. kemudian berjalan lagi 500 m ke pinggir jalan raya untuk menumpang mobil.
NB :
  • Gawalise merupakan satu – satunya gunung di sulawesi tengah yang berada di pinggir kota. jadi akses kendaraan sangat mudah.
  • warga yang mendiami sekiar gunung sangat primitif sehingga saran saya jika kebutuhan logistik kita melebihi cukup tak ada salahnya kalau kita memberi sedikit makanan buat mereka separti beras, mie instan, dan kopi / rokok.
  •  
  • Nama : Gunung Gawalise
    Nama Internasional  : Mount Gawalise
    Bentuk / Nama Lain : -
    Ketinggian : 2023 meter / 6637 kaki
    Negara : Indonesia
    Wilayah / Benua : Asia
    Keterangan Wilayah : Pulau Sulawesi (Celebes)
    Huruf Awal Nama : G
    Tipe / Jenis : Gunung
    Peringkat Ketinggian (Dunia) : Belum Tersedia
    Koordinat Peta : Belum Tersedia
    Penonjolan (meter) : Belum Tersedia
    Informasi Tambahan : Kabupaten Donggala
    Keterangan : -
    Sumber Data :  Wikipedia, dan sumber internet lainnya
     

Gunung Dako

http://www.bksdasulteng.com/xslider/843729slide2_800x350.jpgGunung Dako adalah sebuah Gunung yang terletak di negara Indonesia yang memiliki ketinggian 2304 meter, atau setara dengan 7559 kaki.  Dataran tinggi berbentuk Gunung yang bernama Gunung Dako ini berada di wilayah Asia.  Apabila anda memiliki uang serta keberanian yang cukup anda bisa mengunjungi Gunung Dako di Indonesia, Asia untuk melakukan pendakian maupun sekedar menikmati pemandangan alamnya (selama diijinkan oleh pemerintah setempat).  Gunung Dako merupakan ciptaan Tuhan yang sempurna, kokoh dan indah yang harus kita syukuri dan kita pelihara.

Informasi Lebih Rinci (Detil) Gunung Dako :

Nama : Gunung Dako
Nama Internasional  : Mount Dako
Bentuk / Nama Lain : -
Ketinggian : 2304 meter / 7559 kaki
Negara : Indonesia
Wilayah / Benua : Asia
Keterangan Wilayah : Pulau Sulawesi (Celebes)
Huruf Awal Nama : D
Tipe / Jenis : Gunung
Peringkat Ketinggian (Dunia) : Belum Tersedia
Koordinat Peta : Belum Tersedia
Penonjolan (meter) : Belum Tersedia
Informasi Tambahan : Kabupaten Toli-Toli
Keterangan : -
Sumber Data :  Wikipedia, dan sumber internet lainnya

Gunung Tondano

Gunung Tondano adalah sebuah Gunung yang terletak di negara Indonesia yang memiliki ketinggian 1202 meter, atau setara dengan 3944 kaki.  Dataran tinggi berbentuk Gunung yang bernama Gunung Tondano ini berada di wilayah Asia.  Apabila anda memiliki uang serta keberanian yang cukup anda bisa mengunjungi Gunung Tondano di Indonesia, Asia untuk melakukan pendakian maupun sekedar menikmati pemandangan alamnya (selama diijinkan oleh pemerintah setempat).  Gunung Tondano merupakan ciptaan Tuhan yang sempurna, kokoh dan indah yang harus kita syukuri dan kita pelihara.

Informasi Lebih Rinci (Detil) Gunung Tondano :

Nama : Gunung Tondano
Nama Internasional  : Mount Tondano
Bentuk / Nama Lain : -
Ketinggian : 1202 meter / 3944 kaki
Negara : Indonesia
Wilayah / Benua : Asia
Keterangan Wilayah : Pulau Sulawesi (Celebes)
Huruf Awal Nama : T
Tipe / Jenis : Gunung
Peringkat Ketinggian (Dunia) : Belum Tersedia
Koordinat Peta : Belum Tersedia
Penonjolan (meter) : Belum Tersedia
Informasi Tambahan : Kaldera
Keterangan : -
Sumber Data :  Wikipedia, dan sumber internet lainnya

Gunung Tangkoko

Ditulis kembali dari buku : Pertambangan dan Geologi Kota Bitung, Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Kota Bitung, 2010.
Nama lain : Tangkoko
Nama gunung api parasit : Batu Angus, Batu Angus Baru
Tipe gunung api : Strato
Letak : Kel. Makawidey, Kec. Aertembaga Kota Bitung                      
Posisi Geografi G.Tangkoko : 10 31’  LU - 1250  11,5‘  BT
Posisi Geografi G. Batu Angus : 10  30,5‘  LU - 1250  13‘  BT
Tinggi di atas muka laut  : G. Tangkoko : 1149 m; G. Batu Angus : 700 m.
A. Bentuk dan Struktur  G. Tangkoko 
G. Tangkoko (1149 m) yang bertipe Strato mempunyai kawah yang besar dan dalam serta gunung api parasit yang bernama Batu Angus (700 m) atau Batu Angus Baru. Gunung api tersebut terletak di bagian timur laut minahasa di Desa Makawidey, Kecamatan Aertembaga, Kota Bitung.
Pemeriksaan kawah yang dilakukan dalam tahun 1971 melihat bahwa G.Tangkoko dan G. Dua Saudara, mempunyai morfologi yang amat sederhana. Kedua gunung api tersebut di pisahkan oleh sebuah pematang dengan jurus barat laut tenggara.
Di kaki pematang itu terletak hulu S. Batu Putih dan S. Air Prang. G. Tangkoko berbentuk elips dengan ukuran kawah ± 2 km x 1 km dan kedalaman ± 200m.
Di dasar kawah terdapat sumbat yang berbentuk kubah setinggi ± 100 m  di duga sumbat tersebut terbentuk dalam kegiatan tahun 1801 (Junghuhn,1844). Di lereng timur sejauh ± 2 km dari G. Tangkoko terletak kubah lava Batu Angus dan leleran lava sepanjang ± 2 km . Kawah G.Batu Angus bagian atasnya  berukuran 300 x 325 m dan garis tengah  dasar kawah ± 200 m, sedangkan kedalamannya ± 90 m.
Dalam masa sejarah kegiatan G.Tangkoko tampaknya letusan lebih banyak terjadi di G.Batu Angus dan tidak pernah di laporkan adanya korban manusia. Tetapi meskipun demikian, dalam  masa mendatang bahaya letusannya harus di perhitungkan karena daerah di sekitar gunung api itu, khususnya Kota Bitung, terus berkembang bahkan makin pesat.
B. Cara Mencapai Kawah Puncak
Ada tiga jalan untuk ke puncak gunung ini, yakni :
1.  Dari pelabuhan Bitung –Kp. Pinangunian - Puncak
2.  Dari Kp. Makawidey – Kp. Loari – Puncak
3.  Dari Kp. Batu Putih – Kp. Paring - Puncak
Umumnya ahli asing dan bangsa Indonesia seperti Kommerling (1923), Koperberg (1928) dan Djatikusumo (1947), mendaki puncak gunung ini dari Kp. Makawidey – Kp. Loari – Puncak. Demikian pula Reksowirogo (1971), melakukan pendakian puncak pada 9 Februari 1971, berangkat dari kampung Makawidey menuju utara sedikit ke timur, menyusur pantai lewat kebun kelapa. Setelah ± 1 km jauhnya, sampailah di kampung lembahao. Selanjutnya perjalanan menuju ke arah utara agak ke timur lewat tegelan dengan pondoknya, menuju Kp. Loari (sampai ketinggian ± 300 m, kemiringan rata-rata 15 º). Akhir nya sampai di pinggir kawah bagian tenggara pada titik ketinggian 670 m . Waktu yang di perlukan dari Makawidey – pinggir kawah ini ± 3 jam.
C. Sejarah Kegiatan  (Letusan yang pernah terjadi) :
Berdasarkan data yang pernah di kumpulkan dari berbagai laporan dan publikasi, maka erupsi Gunung api dapat diringkaskan sebagi berikut :
1680 :                 Koperberg (1928) dan Kommerling (1923) menduga bahwa mungkin letusan terjadi di G. Dua Saudara, tetapi Neumann Van Padang (1951) menganggap letusan normal di kawah pusat yang mengakibatkan rusaknya daerah di sekelilingnya .
1683 :                Letusan di kawah pusat G.Tangkoko
1694 :               Terjadi letusan tetapi tidak ada keterangan lebih lanjut .
1801 :              Menurut Junghuhn (1844 ),  Kommerling (1923) dan Koperberg (1928) letusan terjadi di G.Tangkoko. Letusan menyemburkan abu, pasir dan batu berwarna kemerahan seperti terbakar. Abu tersebar sampai di Airmadidi, Kema, Maumbi, bahkan sampai Manado. Setelah itu timbul sumbat lava di dasar kawah G.Tangkoko dan G. Batu Angus. Dalam tahun tersebut terjadi letusan yang bersamaan antara letusan normal di kawah pusat, letusan samping dan letusan di danau kawah.Pada kegiatan tersebut diduga terjadi aliran lava di G.Batu Angus (Neumann van Padang (1951)) .
1821 :                Terjadi aliran lava dari  G. Batu Angus .
1843 – 1845 :    Terjadi  letusan normal di G. Batu Angus
1880 :                Terjadi letusan dari G. Batu Angus, di sertai aliran lava.
1952 :                Kenaikan kegiatan di G. Tangkoko .
           
Batuan hasil letusannya adalah sebagai berikut :   andesit augit hipersten ditemukan di kaki G. Tangkoko. Sedangkan hasil letusan di G. Batu Angus terdiri dari andesit piroksen (Neumann van Padang, 1951 ).
D. Pengamatan G. Tangkoko
Dikuatirkan kemungkinan timbulnya bencana akibat letusan G. Tangkoko, sementara pemukiman makin berkembang, maka dalam usaha untuk mengurangi segala kemungkinan dan korban dibangun sebuah Pos Pengamatan Gunung Api . Dengan adanya pra-sarana tersebut berbagai usaha untuk memantau tingkah laku G. tangkoko dapat dikerjakan secara sinambung.
Diharapkan kelak dapat diperoleh data untuk menduga tingkat kegiatan gunung api tersebut atau dapat diketahui lebih awal bila ada gejala akan terjadi letusan sehingga peringatan kepada penduduk dapat diberikan lebih dini atau tepat pada waktunya.
Pos Pengamatan Gunung Api tersebut, sering disebut Pos Vulkanologi, mulanya terletak ± 5 km disebelah barat G. Tangkoko  atau  ± 3 km di sebelah barat laut G. Dua Saudara Dari Pos tersebut tidak hanya di amati G. Tangkoko, tapi dipantau G. Dua Saudara. Sejak Juli 2002 pos ini pindah ke Desa Winenet Kecamatan Aertembaga Bitung.
Dalam sejarah G. Tangkoko tampaknya kegiatan kedua gunung api tersebut tidak terpisahkan. Dikaki G. Dua Saudara inilah terletak Kota Bitung yang merupakan kota pelabuhan penting di Sulawesi Utara dan yang saat ini perkembangannya maju dengan pesat. Kenyataan tersebut yang yang menjadikan derajat bahaya  G. Tangkoko dan gunung api tetangganya makin tinggi.
Pengamatan menerus yang dilakukan pada waktu ini terutama visual dan seismik. Pengamatan visual memantau semua perubahan atau gejala yang tampak dipermukaan sedangkan seismik untuk mengetahui gerak-gerik magma di dalam tubuh G. Tangkoko khususnya dan gunung api lainnya berdekatan. Mungkin gejala-gejala tersebut akan muncul menjelang letusannya. Sejak dimulainya pengamatan yang sinambung di gunung api tersebut, tahun 1986, hingga awal 1990 ini belum pernah tercatat adanya perubahan atau kelainan gejala vulkaniknya.
E. Bahaya Letusan G. Tangkoko dan Kawasan Rawan Bencana 
Dalam sejarah kegiatan G. Tangkoko tercatat pernah terjadi letusan besar, yaitu dalam tahun 1801.Abunya tersebar sampai di Manado. Menurut Neumann van Padang timur, yaitu kearah  G. Batu Angus .
Dengan munculnya G. Dua Sudara di sebelah baratdaya G. Tangkoko, maka daerah yang berbahaya, baik karena aliran lava, awan panas maupun lahar hujan terbatas sampai di pematang yang memanjang barat laut –tenggara yang membatasi kedua gunung disemburkan keudara, arah bahaya dan sebarannya sangat tergantung pada arah dan kecepatan angin pada waktu letusan terjadi.
Berdasarkan jenis dan intensitas bahaya yang diakibatkan oleh kehebatan letusannya, kawasan rawan bencana di G. Tangkoko dibedakan dalam dua macam :
1. Kawasan Rawan Bencana II
Diperkirakan kawasan rawan bencana II, yaitu yang terancam oleh aliran lava, awan panas maupun lahar hujan yang dihasilkan oleh letusan G. Tangkoko, diduga akan meliputi daerah dengan jari-jari 5 km dari titik kegiatan. Tetapi daerah di dalam setengah lingkaran bagian barat daya relatif lebih aman. Sebaran awan panas aliran lava dan lahar hujan diduga akan bervariasi berdasarkan alur sungai, ke arah selatan mengikuti S. Prang, ke utara K . Batu Putih. Sedangkan ke arah barat di sepanjang pantai barat laut gunung api tersebut. Luas Kawasan Rawan Bencana II ± 89,4 km ²
2. Kawasan Rawan Bencana I   
Di kawasan Rawan Bencana I ancaman bahaya  disebabkan oleh sebaran bahan letusan yang disemburkan keudara bila letusan menunjukkan intensitas yang makin besar.
Daerah tersebut mencakup wilayah dengan jari-jari 8 km dari titik letusan dengan variasi bahwa bahaya dapat mengancam pula di sepanjang sungai karena aliran lava dan lahar hujan. Daerah tersebut ke arah selatan meliputi wilayah di sepanjang S. Tembaga, dan ke utara di sepanjang S. Kawua. Sedangkan ke arah barat adalah pada wilayah di sepanjang pantai. Luas Kawasan rawan bencana I ± 100,5 km² .   

Gunung Soputan

Gunung Soputan merupakan satu diantara gunung berapi paling aktif yang ada di Indonesia. Terletak di koordinat 1 derajat 6,5 Lintang Utara dan 124 derajat 43 Bujur Timur kabupaten Minahasa Selatan provinsi Sulawesi Utara. Kota terdekatnya adalah Amurang Minahasa Selatan.
Gunung Soputan memiliki dua kawah yaitu kawah K1 dan K2, serta merupakan tipe gunung api Strato. Ketinggian gunung Soputan mencapai 1.783,7 meter dari atas permukaan laut.
Letusan terakhir gunung Soputan terjadi tanggal 6 Juni 2008 dan merupakan letusan yang cukup dasyat.
Pertumbuhan kubah laca gunung Soputan dimulai sejak tahun 1991 hingga meluber keluar dari bibir kawah menyebabkan sering terjadi guguran lava dengan jarak luncur sekitar 2 hingga 4 Km dari puncak kawah. Penduduk terdekat berjarak sekitar 7 Km dari puncak Soputan.
Pada saat musim penghujan dapat terjadi pembentukan uap dari air hujan oleh kuba lava yang masih panas sehingga terjadi letusan sekunder berupa letusan Freatik (letusan upa) yang dapat memicu guguran kubah lava dan awan panas guguran (tipe Karangeranag).
Ancaman bahaya letusan gunung api Soputan bagi penduduk relatif kecil karena pemukiman dan aktivitas penduduk terdekat berjarak 7 Km dari puncak Soputan. Tercatat pada Agusutus 2007 terjadi luncuran awan panas mencapai 4 Km dari puncak.
Ancaman terbesar di daerah perkemahan (Camping Ground) di lereng Timur Laut berjarak sekitar 3 sampai 4 Km dari puncak gunung Soputan.

Sebenarnya ada banyak jalur pendakian ke gunung soputan, yang paling umum adalah jalur pinabetengan, ada juga jalur pendakian dari daerah Langowan, kemudian jalur turun ke arah Liwutung di sisi lain gunung Soputan, ada jalur dari desa tooure..  tapi kali saya ambil trek yang paling umum…

Gunung Sahendaruman

Sangihe Gunung Sahendaruman Nature Reserve
Longitude (DD) 125.56270401
Latitude (DD) 3.49029877
Designation Other Area
Status Proposed
Current Status Not Known
IUCN Category Not Known
Documented Total Area (ha) 5.000
GIS Total Area (ha) 9.800

Friday, December 12, 2014

Gunung Mahawu

Gunung Mahawu adala salah-satu gunung yang mengapit Kota Tomohon, dan disisi lainnya adalah Gunung Lokon. Sebagai Obyek Wisata Alam di Sulawesi Utara, Gunung Mahawu merupakan gunung berapi stratovolcano yang terletak di timur gunung berapi Gunung Lokon-Gunung Empung di Sulawesi Utara.
Gunung Mahawu memiliki lebar 180 m dan kedalaman kawah 140 m dengan dua kerucut Piroklastik di lereng utara.
Tahun 1994 terjadi letupan lumpur fumarol dan aktivitas geyser yang terjadi sepanjang danau kawah yang berwarna kehijau-hijauan
Mencapai lokasi ini dari Tomohon ke Rurukan. Kemudian berjalan kaki melalui jalan setapak yang melawati kebun kebun sayur dan akhirnya mencapai puncak (Ketinggian 1324mdpl), setelah melalui hutan yang rinbun dan indah dan kawasan kerucut kawah yang ditumbuhi rerumputan (ketinggian 1200 mdpl)
the-craterMenikmati mata-hari terbit di pagi buta yang terasa senyap dan diselimuti kabut tebal yang sangat dingin di puncak gunung Mahawu yang kadang kadang diselingi dengan  tamparan angin membekukan sendi tulang perlahan lahan sirna menampakan langit  menjadi kebiruan dan nuansa hijau pepohonan yang menghiasi hutan sekitar gunung Mahawu

Gunung Mahawu terletak di Kecamatan Tomohon, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara dengan ketinggian 1.300 mdpl dan merupakan gunung yang sering meletus. Seperti gunung - gunung lain, di sepanjang lereng Mahawu terdapat daerah pemukiman, hutan belantara dan beberapa area persawahan. Mahawu memiliki nama sebutan lain, yakni Mahawoe atau Roemengas. Gunung Mahawu meletus pertama kalinya dalam catatan sejarah pada tahun 1789, setelah itu meletus beberapa kali dan terakhir pada tahun 1999.


Tidak disarankan untuk melakukan perjalanan ke puncak Mahawu terutama dalam jumlah banyak, lebih dari lima orang. Hal tersebut disebabkan karena di puncak Mahawu lahan untuk berkemah sangat sempit, bahkan tempat duduk untuk beristirahatpun tidak leluasa dan langsung berhubungan dengan bibir kawah. Alasan lain, tidak disarankannya melakukan pendakian ke kawah Mahawu karena konsentrasi gas sulfur yang tinggi. Apabila pengunjung dalam kondisi yang lelah kemudian menghirup gas belerang dapat menyebabkan pusing dan mual.

Pendaki yang berada di gunung ini tak hanya menikmati pemandangan indah sekitar Mahawu. Namun lebih dari itu, keasrian dan pesona hutan lindung di kawasan gunung ini juga menambah daya tarik tersendiri. Kawasan hutan lindung tersebut hanya terdapat di daerah lereng hingga daerah menuju puncak Mahawu. Ketinggian hutan ini mulai dari 600 m hingga 1200 m di atas permukaan laut.
 

Gunung Lokon

gunung-lokonKawah Baru 2 Kawah Baru Terbentuk di Gunung LokonGunung Lokon adalah sebuah Gunung yang terletak di negara Indonesia yang memiliki ketinggian 1580 meter, atau setara dengan 5184 kaki.  Dataran tinggi berbentuk Gunung yang bernama Gunung Lokon ini berada di wilayah Asia.  Apabila anda memiliki uang serta keberanian yang cukup anda bisa mengunjungi Gunung Lokon di Indonesia, Asia untuk melakukan pendakian maupun sekedar menikmati pemandangan alamnya (selama diijinkan oleh pemerintah setempat).  Gunung Lokon merupakan ciptaan Tuhan yang sempurna, kokoh dan indah yang harus kita syukuri dan kita pelihara.

Informasi Lebih Rinci (Detil) Gunung Lokon :

Nama : Gunung Lokon
Nama Internasional  : Mount Lokon
Bentuk / Nama Lain : -
Ketinggian : 1580 meter / 5184 kaki
Negara : Indonesia
Wilayah / Benua : Asia
Keterangan Wilayah : Pulau Sulawesi (Celebes)
Huruf Awal Nama : L
Tipe / Jenis : Gunung
Peringkat Ketinggian (Dunia) : Belum Tersedia
Koordinat Peta : Belum Tersedia
Penonjolan (meter) : Belum Tersedia
Informasi Tambahan : Gunung Berapi
Keterangan : -
Sumber Data :  Wikipedia, dan sumber internet lainnya

Gunung Klabat

Gunung Klabat Gunung Klabat merupakan gunung tertinggi di Provinsi Sulawesi Utara. Puncak ketinggiannya mencapai sekitar 2100 meter. Gunung ini oleh masyarakat Tonsea (Minahasa Utara) disebut juga Gunung Tamporok. Gunung ini merupakan obyek wisata alam dan dapat ditelusuri mulai dari Airmadidi (Ibu Kota Kabupaten Minahasa Utara). Gunung ini merupakan gunung api yang tidak aktif lagi. Puncak Gunung Klabat ini mempunyai kepundan berbentuk danau kecil dengan air yang sangat jernih.
Sejarah Nama Klabat

Kata Klabat diambil dari bahasa Minahasa "Kalawat" dialek Tonsea "Kalabat". Kalawat adalah nama dari sejenis satwa lokal yang juga disebut babirusa. Kata ini disebutkan oleh para pelaut Portugis "Calabets" sebagai nama gunung di pulau sulawesi, dari kata ini dinamakan sebagai nama pulau yang kemudian Calabes jadi Calabes = Celebes yang menjadi Sulawesi akhirnya kata ini menjadi nama pulau Sulawesi. Baca sejarah Sulawesi oleh David DS Lumoindong.

Gunung Kaweng

30869660.jpgGunung Kaweng adalah sebuah Gunung yang terletak di negara Indonesia yang memiliki ketinggian 1000 meter, atau setara dengan 3281 kaki.  Dataran tinggi berbentuk Gunung yang bernama Gunung Kaweng ini berada di wilayah Asia.  Apabila anda memiliki uang serta keberanian yang cukup anda bisa mengunjungi Gunung Kaweng di Indonesia, Asia untuk melakukan pendakian maupun sekedar menikmati pemandangan alamnya (selama diijinkan oleh pemerintah setempat).  Gunung Kaweng merupakan ciptaan Tuhan yang sempurna, kokoh dan indah yang harus kita syukuri dan kita pelihara.

Informasi Lebih Rinci (Detil) Gunung Kaweng :

Nama : Gunung Kaweng
Nama Internasional  : Mount Kaweng
Bentuk / Nama Lain : -
Ketinggian : 1000 meter / 3281 kaki
Negara : Indonesia
Wilayah / Benua : Asia
Keterangan Wilayah : Pulau Sulawesi (Celebes)
Huruf Awal Nama : K
Tipe / Jenis : Gunung
Peringkat Ketinggian (Dunia) : Belum Tersedia
Koordinat Peta : Belum Tersedia
Penonjolan (meter) : Belum Tersedia
Informasi Tambahan : Kabupaten Minahasa; Diperkirakan tinggi gunung kaweng sekitar 1000 meter diukur dari permukaan laut
Keterangan : -
Sumber Data :  Wikipedia, dan sumber internet lainnya

Gunung Empung

100070.jpgGunung Empung adalah sebuah Gunung yang terletak di negara Indonesia yang memiliki ketinggian 1340 meter, atau setara dengan 4396 kaki.  Dataran tinggi berbentuk Gunung yang bernama Gunung Empung ini berada di wilayah Asia.  Apabila anda memiliki uang serta keberanian yang cukup anda bisa mengunjungi Gunung Empung di Indonesia, Asia untuk melakukan pendakian maupun sekedar menikmati pemandangan alamnya (selama diijinkan oleh pemerintah setempat).  Gunung Empung merupakan ciptaan Tuhan yang sempurna, kokoh dan indah yang harus kita syukuri dan kita pelihara.

Informasi Lebih Rinci (Detil) Gunung Empung :

Nama : Gunung Empung
Nama Internasional  : Mount Empung
Bentuk / Nama Lain : -
Ketinggian : 1340 meter / 4396 kaki
Negara : Indonesia
Wilayah / Benua : Asia
Keterangan Wilayah : Pulau Sulawesi (Celebes)
Huruf Awal Nama : E
Tipe / Jenis : Gunung
Peringkat Ketinggian (Dunia) : Belum Tersedia
Koordinat Peta : Belum Tersedia
Penonjolan (meter) : Belum Tersedia
Informasi Tambahan : Gunung Berapi
Keterangan : -
Sumber Data :  Wikipedia, dan sumber internet lainnya

Gunung Awu

Gunung Awu adalah gunung berapi aktif bertipe stratovolcano dengan kawah yang sangat dalam seluas 4,5 KM persegi dan merupakan salah satu gunung berapi paling mematikan yang terletak di Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara, Indonesia.

Gunung ini tercatat pernah menciptakan letusan dahsyat yang terjadi pada tahun 1711, 1812, 1856, 1892 dan terakhir kali pada tahun 1966 yang menelan lebih dari 8000 korban jiwa oleh lahar panas yang besar.

Kawah dengan lebar 4,5 km terdapat di puncak dengan jurang yang dalam dikelilingi celah raksasa di sepanjang lembah sebagai jalan lahar yang membelah sisi-sisi kawah.

Terdapat sebuah danau dangkal di dalam kawah yang terletak di puncak gunung. Dasar kawah yang dalam di kelilingi lembah setinggi 1.320 meter membuat gunung Awu sebagai gunung berapi dahsyat yang berada dalam cincin api.

Gunung ini terletak di sebelah utara Pulau Sulawesi dan dikelilingi oleh kepulauan Sangihe. Jalur pendakian untuk mencapai puncak gunung ini biasanya dimulai dari desa Anggis di pantai selatan yang berjarak sekitar 7 km dari kawah.

Perjalanan mendaki dimulai dengan menyusuri hutan kelapa untuk mencapai titik triangulasi sepanjang 350 meter dan kemudian akan sampai di Desa Kanaka, Panise dan terakhir Desa Panto Unema untuk mempersiapkan pendakian yang sesungguhnya.

Selanjutnya pendakian berat akan dimulai menuju ke puncak setinggi 500 meter dan masih bisa menemukan lahan tanaman pertanian, selanjutnya menembus lava keras setinggi 350 meter dan pendakian menjadi semakin mudah.




Tipe Gunungapi                                : Strato dengan danau kawah
Letak                                                      : Arsipel Sangihe, Kabupaten Taruna atau Tahuna dan Kabupaten Peta
Letak Geografis                                 : 3o 40’ Lintang Utara dan 125o 30’ Bujur Timur
Ketinggian (di atas muka laut)    : Puncak 1320 m; Danau Kawah 921,12 m
Kedalaman danau kawah              : Tahun 1922 => 150 – 172 m dan 1968 (2 tahun setelah letusan) => 5 – 10 m
Ketinggian (di atas dasar laut)    : 3300 m

BENTUK DAN STRUKTUR
Gunung Awu menempati daerah seluas 135 km2 terletak di bagian utara dari pulau Sangihe Besar dan bagian sebelah tenggara, jaringan lerengnya melandai teratur ke lautan yang mengelilinginya.
Lembah lahar yang dalam tampak di bagian atas dari kerucut rombakan yang datar dari kaki gunung. Puncak gunung Awu sekarang terjadi di dalam sebuah kaldera lama dengan garis tengah 4,5 km dan kapasitas kawah adalah 40 juta m3 air.

KEGIATAN
1640 – 1641Bulan Desember 1640, kemudian 3 -4 Januari 1641
Antara 1641-1677Letusan eksplosif dalam kawah pusat
171110 – 16 Desember. Letusan dengan awanpanas dan laharletusan dari kawah pusat, disusul lahar hujan. Daerah antara Tabuhan dan Taruna hancur. Korban manusia 3000 orang dengan rincian 2030 orang di Kendhar, di antaranya Raja Syamsialam; 70 orang di Koloza; 408 orang di Taruna.
18126 -8 Agustus. Letusan dan akibata serupa dengan yang terjadi dalam 1711. Pohon niur hancur di seluruh pantai, beratus-ratus penduduk Tabuhan, Khendar dan Kolengan menjadi korban.
18562 – 7 Maret. Letusan dan akibat serupa dengan yang sebelumnya. Awanpanas, laharletusan, dan laharhujan. Kampung Trijang dan pondok Pembalarian, Labakassin, Patung dan Hilang hancur sama sekali. Korban 2806 orang.
1875Bulan Agustus terjadi letusan kecil dari kawah pusat.
188518 Agustus. Sama dengan yang terjadi tahun 1875.
18927 Juni. Tipe letusan mengeluarkan awanpanas, laharletusan dan laharhujan. Hampir semua kampung sebelah pantai utara hancur, kampung yang paling parah ialah yang terletak antara Sawang dan Tabuka. Jumlah korban yaitu 1532 orang di daerah Mala, Akembuala, Anggis, Miteing, Kolongan, Metih dan Khendar Trijang akibat lahar.
1893Letusan preatik dari kawah pusat.
191314 Maret. Letusan kecil dari kawah pusat.
1921Bulan Februari. Terjadi letusan preatik.
192220 Juni – September. Terjadi letusan preatik.
193115 Maret terjadi letusan. Tanggal 7 April  tampak doma lava di bawah dekat permukaan danau. Pembentukannya terus berlangsung, hingga Desember mencapai tinggi 80 m.
196612 Agustus. Letusan berupa awanpanas, lahar letusan dan material jatuhan piroklastik yang mengakibatkan 39 orang korban. Pada tanggal 10 Agustus terjadi gempa tektonik di daerah Donggala dan Minahasa, pulau Sangir Talaud, dan di sekitar Gunung Awu akan tetapi tidak mempengaruhi kegiatan Gunung Awu yang ada dalam stadia istirahat.
TIPE LETUSAN GUNUNG AWU

Tipe letusan Gunung Awu sepanjang masa hingga 1966 ini serupa, tetap, konstan dan konsekuen dengan Tipe Letusan Gunung Kelut di Jawa.
Urutan jalan letusan adalah :
Fasa 1. Kawah Gunung Awu diisi air yang tiap terjadi letusan dilemparkan ke luar
Fasa 2. Air danau yang dilontarkan membentuk lahar letusan yang mengalir lewat jurang hingga laut, biasanya disertai dengan awan panas letusan
Fasa 3. Hujan abu dan hujan batuapung dimulai, disertai awan panas yang meluncur lewat jurang
Fasa 4a. Dalam Kawah
Terakhir hujan abu dan hujan batu, sebuah danau muncul pada pipa kawahnya, dasar kawah tertutup, lambat laun terjadi lagi sebuah danau
Fasa 4b. Di luar Kawah
Bahan letusan (ladu, abu dsb) yang terhimpun oleh letusan terakhir di hulu sungai disebabkan hujan dialirkan sebagai lahar ke laut

BATAS DAERAH BAHAYA
  • Daerah Bahaya
Batas daerah bahaya ini berdasarkan bahaya awan panas, aliran lava, lahar letusan dan lahar hujan, maupun bahaya bom diperkirakan meliputi :
-          Daerah yang dibatasi seluruh pantai di sekeliling gunung antar Taruna dan Kampung Sahabe
-          Di sebelah timur menenggara dibatasi oleh suatu garis perbatasan mulai dari Taruna melalui puncak Gunung Taruna, Gunung Pasong hingga di Kampung Sahabe di pantai timur.
Luas daerah ini sekitar 144,8 km2 dengan jumlah penduduk 24.100 orang (1973).
  • Daerah Waspada
Batas daerah waspada ini berdasarkan bahaya eflata dan merupakan daerah berbentuk lingkaran di luar daerah bahaya dengan jari-jari 8 km dengan titik letusan di kawah sebagai pusatnya. Sebagian besar daerah ini adalah laut, kecuali daerah sebelah timur menenggara antara Taruna dan Danau Utaurano. Luas daerah ini sekitar 55,3 km2 dengan jumlah penduduk 1.700 orang (1973).
  • Daerah Aman
Daerah aman yang dapat menjadi tempat berlindung yaitu
-          Kampung Talaud yang terlindung oleh beberapa bukit yang menghalangi serangan awan panas dan lahar, yaitu bukit Burude Dipahe, Br. Bio dan Br. Bowongguwe
-          Akembahi yang terlindung oleh Burude Laeke, Hope dan Banewa.
-          Daerah aman lainnya yaitu daerah antara Kampung Tabuhan Lama – Talolang – Pasih – Lengganeng – Taruna karena terlindung oleh bukit Lepu Sehengbaliba – Posong dan Baku.

ads

ads