Wednesday, November 26, 2014

Museum Perjuangan Rakyat Jambi

museum rakyat jambi2_1378281888.png
Pendirian museum ini merupakan prakarsa Dewan Harian Daerah Angkatan 45 (DHD’45) dan Pemerintah Daerah Provinsi Jambi. Peletakan batu pertama pembangunan museum ini dilakukan oleh Ketua Legium Veteran Republik Indonesia, Letjen Purnawirawan Achmad Thahir pada tanggal 6 Juni 1993, sedangkan peresmiannya dilakukan oleh Presiden Republik Indonesia H.M. Soeharto pada tanggal 10 Juli 1997. Museum ini bertugas dalam mengumpulkan, menyimpan, merawat/melestarikan, meneliti dan menerbitkan  hasilnya, menyajikan, dan membimbing edukatif kultural benda sejarah perjuangan rakyat Jambi sebelum kemerdekaan, kemerdekaan, dan masa mengisi kemerdekaan yang bersifat lokal dan regional.
Bangunan ini sendiri seluas lebih kurang 1.365 m2 menempati lahan seluas 10.000 m². Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jambi No.15 tahun 2002, Museum Perjuangan Rakyat Jambi dijadikan Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jambi.
Koleksi
Museum ini mempunyai berbagai koleksi yang terutama memperlihatkan perjuangan rakyat Jambi pada masa perjuangan kemerdekaan, antara lain :
  • Tiruan Pesawat Terbang Catalina RI 005.
  • Relief perkembangan sejarah Daerah Jambi.
  • Patung Pahlawan Nasional Sultan Thaha Saifuddin yang diapit sepasang harimau Sumatera
  • Lukisan yang menggambarkan perjuangan Sultan Thaha Saifuddin.
  • Senjata-senjata tradisional dan senjata api modern/konvensional yang digunakan untuk melawan Belanda (1945-1950).
  • Diorama sejumlah peristiwa penting pada masa perjuangan.

Sarana
Arsitektur Museum Perjuangan Rakyat Jambi merupakan perpaduan antara rumah tradisonal Jambi dan arsitektur modern. Museum ini terdiri dari tiga lantai, lantai dasar berisi pameran senjata-senjata perang zaman dahulu, serta baju perang dan peralatan-peralatan lainnya. Di ujung ruangan, terdapat lukisan mengenai perang dan perjuangan rakyat Jambi, serta Sultan Thaha.

Senjata-senjata perang yang dipamerkan memiliki dua jenis, senjata modern di sisi kanan yang digunakan semasa tahun 1945 hingga 1950 seperti senapan, senjata mesin ringan, pistol vickers, dan lain-lain. Sedangkan di sisi kiri, dipamerkan senjata-senjata tradisional seperti keris, pedang, badik, dan perlengkapan perang yang bersifat religius seperti Al Quran Stambul, yaitu Al Quran berukuran sangat kecil yang dibawa prajurit Jambi ketika pergi berperang. 

Di tengan-tengah ruangan, terdapat bedug besar yang digunakan oleh Presiden Soeharto saat membuka MTQ Nasional XVIII tahun 1997.
Sedangkan lantai dua adalah tempat diorama-diorama perang Jambi yang bisa mengeluarkan suara berupa narasi mengenai masing-masing peperangan tersebut. Diorama-diorama ini menggambarkan setiap kejadian bersejarah di Jambi, mulai dari masa kemerdekaan Nasional hingga perjuangan melawan usaha Belanda yang menolak mengakui kemerdekaan Indonesia. Ada juga diorama pertempuran Tanah Minyak, Realisasi Perjanjian Linggarjati, dan lainnya.
Lantai tiga, atau lantai teratas berisi koleksi meja kerja yang dipergunakan salah seorang pejuang kemerdekaan, serta juga dokumen-dokumen tertulis dan naskah-naskah perjuangan dan juga foto-foto masa perjuangan.
Di dinding pembatas antara lantai satu dan dua, terdapat relief berwarna kekuningan yang menggambarkan sejarah Jambi, dimulai dari masa melayu kuno ketika masih dihuni masyarakat Hindu dan Budha, kemudian masa kesultanan Jambi, Masa Proklamasi Kemerdekaan RI, dan Masa Pembangunan Indonesia (Orde Baru).

0 comments:

Post a Comment

ads

ads