Museum Antonio Blanco adalah sebuah
museum penghargaan yang diberikan oleh raja Ubud saat itu yang terletak
di rumahnya di atas bukit di tepi sungai Campuan, Ubud, berjarak 1,5 jam
dari Denpasar.
Antonio Maria Blanco lahir di Manila,
Filipina, 15 September 1912 – meninggal di Bali, Indonesia, 10 Desember
1999 pada umur 87 tahun, adalah seorang pelukis keturunan Spanyol dan
Amerika. Antonio lahir di distrik Ermita di Manila, Filipina. Ia pada
mulanya hidup dan bekerja di Florida dan California, Amerika Serikat,
hingga pada suatu waktu hatinya tertarik untuk mengeksplorasi
pulau-pulau di Samudra Pasifik sebagai sumber inspirasinya seperti
pelukis Paul Gauguin, José Miguel Covarrubias dan yang lainnya sebelum
dirinya.
Memasuki galeri Antonio Blanco, kita akan
melihat kemampuannya yang tiada duanya dalam menggambarkan keindahan
seorang wanita. Sebagian besar karya lukisnya bertemakan wanita yang
bertelanjang dada dengan seni yang tinggi, romantis, dan berbeda dengan
unsur pornografi. Sebagian besar model yang dipakai adalah istri sang
maestro sendiri, seorang penari Bali yang santun, Ni Ronji ; anak
sulungnya Tjempaka Blanco, dan model-model lain yg dianggap layak untuk
diabadikan keindahannya. Tidak heran, Presiden Soekarno pada jamannya
sering mengunjungi rumah Blanco, yang dimana kedua-duanya adalah seorang
yang sangat mengaggumi wanita.
Museum Antonio Blanco
Perlu diketahui bahwa di masa awal
kejayaan pariwisata Bali, perempuan Bali merupakan unsur daya tarik yang
begitu kuat bagi datangnya wisatawan. Di dalam museum ini, terdapat
sebuah artikel yang berjudul ‘Bali-a-Breast’, yang menjelaskan
pada masa itu, perempuan Bali adalah keindahan dalam arti sesungguhnya.
Keindahan yang terbentuk dari kebiasaan bekerja keras dan berjalan jauh
dengan tangan terangkat memegang panggulan di atas kepala. Konon ini
adalah bentuk olah raga yang sempurna untuk menciptakan payudara yang
indah. Keindahan jasmani dalam karakter pribadi yang kuat memberikan
pesona yang luar biasa pada mereka.
Lukisan-lukisan Antonio Blanco sebagian
besar juga menunjukkan penghargaannya yang mendalam terhadap tubuh
perempuan. Lukisan-lukisan yang sedemikian indahnya sehingga menarik
perhatian orang dari berbagai kalangan seperti aktris Ingrid Bergman,
ratu telenovela Mexico Thalía (Ariadna Thalía Sodi Miranda), Soekarno
(Presiden pertama Indonesia), Soeharto (Presiden kedua Indonesia),
mantan Wakil Presiden Indonesia Adam Malik, Pangeran Norodom Sihanouk,
Michael Jackson yang sempat membubuhkan tanda-tangannya pada sebuah
lukisan sebagai sebuah donasi untuk Children of the World Foundation,
dan masih banyak lagi.
Sepanjang kariernya, Antonio menerima
berbagai penghargaan, termasuk diantaranya Tiffany Fellowship
(penghargaan khusus dari The Society of Honolulu Artists), Chevalier du
Sahametrai dari Cambodia, Society of Painters of Fine Art Quality dari
Presiden Soekarno dan Prize of the Art Critique di Spanyol. Antonio juga
menerima penghargaan Cruz de Caballero dari Raja Spanyol Juan Carlos I
yang memberikannya hal untuk menyandang gelar “Don” di depan namanya.
Michael Jackson dan Antonio Blanco
Antonio Blanco adalah seorang petualang yang begitu bebas. Dia telah
menjelajahi berbagai belahan dunia sampai akhirnya ia membaca tentang
pulau Bali di buku ‘The Island of Bali’ karya Covvarobias. Tahun 1952
akhirnya ia sampai di Ubud dan jatuh cinta pada sungai, sawah, dan
keteduhan budayanya. Seperti semua pejalan kaki, ia pun berbicara banyak
dengan penduduknya.
Ia bersahabat dengan Raja Puri Saren Ubud yang kemudian memberinya sebidang tanah untuknya tinggal di dekat sungai Campuan. Di sanalah ia membangun pondok, melukis, menulis puisi, dan memberi warta pada dunia tentang indahnya Ubud. Di sana ia memeluk agama Hindu dan jatuh cinta pada Ni Ronji, seorang penari Bali yang membuatnya semakin mantap untuk menghabiskan sisa hidupnya di pulau nan cantik ini.
Bersama Ni Ronji ia memiliki empat orang anak, Tjempaka, Mario, Orchid, dan Mahadevi. Ia menetap di Ubud sampai akhir hayatnya di tahun 1999 dalam usia 88 tahun, yang dilakukan dengan upacara ngaben, upacara khas Hindu, yang khidmat. Darah seni lukis sang Ayah terwariskan pada satu-satunya putra yang dimiliki Antonio Blanco, yaitu Made Mario Blanco. Putra yang telah dikelilingi oleh kesenian sejak masa kanak-kanak ini telah mulai melukis sejak umur lima tahun.
Ia bersahabat dengan Raja Puri Saren Ubud yang kemudian memberinya sebidang tanah untuknya tinggal di dekat sungai Campuan. Di sanalah ia membangun pondok, melukis, menulis puisi, dan memberi warta pada dunia tentang indahnya Ubud. Di sana ia memeluk agama Hindu dan jatuh cinta pada Ni Ronji, seorang penari Bali yang membuatnya semakin mantap untuk menghabiskan sisa hidupnya di pulau nan cantik ini.
Bersama Ni Ronji ia memiliki empat orang anak, Tjempaka, Mario, Orchid, dan Mahadevi. Ia menetap di Ubud sampai akhir hayatnya di tahun 1999 dalam usia 88 tahun, yang dilakukan dengan upacara ngaben, upacara khas Hindu, yang khidmat. Darah seni lukis sang Ayah terwariskan pada satu-satunya putra yang dimiliki Antonio Blanco, yaitu Made Mario Blanco. Putra yang telah dikelilingi oleh kesenian sejak masa kanak-kanak ini telah mulai melukis sejak umur lima tahun.
Don Antonio Blanco
Berbeda dengan sang Ayah yang kebanyakan
melukis perempuan, maka Mario Blanco lebih tertarik untuk melukis obyek
benda dengan gaya 3 dimensi yang luar biasa. Perlahan Mario Blanco yang
berbakat ini berhasil keluar dari bayang-bayang sang ayah dan meraih
gelar kemaestroannya sendiri. Kesamaan bapak-anak ini adalah kreativitas
yg luar biasa dalam membuat bingkai/pigura. Sangat unik dan sangat
menarik.
Mario Blanco dan hobinya memelihara Jalak Bali mendapat perhatian Presiden RI Susilo Bambang Yudoyono
Pelataran museumnya sangat rindang dan
asri. Burung-burung jenis golden macaw, kakatua raja dan kakatua putih
menjadi pemandangan yg menarik. Sambil berjalan kita akan mendengar
lagu-lagu opera klasik sebagai latar. Di pintu museum terdapat sebuah
gerbang besar yang sangat unik. Rupanya gerbang ini adalah replika tanda
tangan dari Antonio Blanco yg dibuat dalam kertas lipatan.
Pelataran Museum Antonio Blanco
Dalam cahaya lampu yang temaram kita akan
menikmati barisan lukisan dengan pigura-pigura yang unik hasil desain
sang maestro sendiri. Suasana seni sangat kuat terasa di setiap area
museum dengan nuansa perpaduan Victorian dan Bali. Dari
galerinya kita bisa lanjut mengunjungi studio tempat seniman flamboyan
ini bekerja. Disini banyak lukisan-lukisan yang belum dipigura.
Dindingnya juga penuh lukisan dan coretan coretan puisi beliau maupun
ucapan penyemangat dari sahabat-sahabatnya.
Terdapat juga sebuah foto yang
menampilkan Antonio Blanco muda sedang belajar menari kebyar. Foto yang
menampilkan seorang pemuda yang sangat ekspresif dengan keliaran seorang
seniman yang begitu terbebaskan. Masih banyak yang bisa dilihat di area
museum; perpustakaan, galeri Mario Blanco, amphitheatre, dan sebuah
teras dimana terdapat foto-foto keluarga Blanco.
Museum Antonio Blanco memberikan nuansa
yang berbeda dari museum seni lukis lain. Terdapat nuansa kreatifitas,
petualangan, kebebasan, dan kecintaan pada keluarga serta pada keindahan
yang sangat kental.
0 comments:
Post a Comment