Buntu Kabobong, buntu (Bahasa duri) =
gunung, kabobong (bahasa duri) = alat kelamin wanita, sehingga buntu
kabobong berarti gunung yang berbentuk alat kelamin wanita. Terletak di
Kabupaten Enrekang Sulawesi Selatan 260 km arah utara Kota Makassar. 7
km dari rumahku. Objek wisata ini sebenarnya bukan gunung tapi bukit
yang jika diperhatikan secara seksama menyerupai alat kelamin wanita.
Semasa sekolah di sma dulu, saya dan teman - teman sering ke tempat ini
sepulang dari kegiatan ekstrakurikuler sekolah di sore hari. Sekalian
melatih Bahasa Inggris dengan para turis yang hendak melancong ke Tanah
Toraja. Sangat mudah untuk ke sana, cukup naik kendaraan melalui jalan
poros Makassar - Tana Toraja. Di pinggir jalan itulah kita dapat secara
langsung menatapnya dari atas. Kalau cuaca lagi hujan atau terik
matahari kita dapat berteduh di warung - warung, kafe, dan villa yang
terdapat di sepanjang jalan.
Bukit inilah salah satu ikon kabupatenku,
bukit yang hijau, cuaca yang sangat sejuk karena di pegunungan. Di
tambah pula aliran sungai yang mengalir di kaki bukit Buntu Kabobong
menambah cantik panorama.
Banyak versi tentang mitos asal mula
terjadinya bukit yang erotis ini. Salah satunya dari guru geografi sma
ku. Pada zaman dahulu kala terkisahlah dua pemuda dan pemudi yang
dilanda asmara. Keduanya di maduk cinta sehinggga terjadilah perbuatan
yang tidak senonoh di antara keduanya. Perbuatan mereka diketahui oleh
seluruh masyrakat, sehingga mereka berdua diusir dari perkampungan.
Dalam perjalan mereka ke arah selatan, si pemudi sangat menyesali apa
yang telah ia lakukan. Si pemudi pun mencabut alat kelaminnya dan
membuangnya ke arah timur. Dan JENG..JENG….!!!!! terbentuklah sebuah
bukit yang berbentuk alat kelamin wanita.
Jangan lupa kalau hendak berwisata ke Tanah
Toraja untuk sejenak singgah di objek wisata ini. Tipsnya berangkatlah
pada pagi hari dari Makassar sehingga tepat sampai di Buntu Kabobong
pada sore hari. Ngomong - ngomong mirip ngga yaah bukit itu dengan alat
kelamin wanita???, soalnya aku kan belum beristri jadi belum punya
referensi.
0 comments:
Post a Comment