Thursday, December 4, 2014

Gunung Halau Halau

Gunung Halau Halau: Puncak Tertinggi di Kalimantan Selatan
Pegunungan Meratus adalah deretan gunung yang terdapat di Provinsi Kalimantan Selatan. Pegunungan ini berderet sejauh 600 km dari tenggara hingga menuju ke perbatasan yang ada di bagian utara Kalimantan Selatan. Karena panjangnya, Pegunungan Meratus membelah Kalimantan Selatan menjadi 2 bagian dan tersebar di 8 Kabupaten yang berbeda. Mulai dari Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Selatan, Balangan, Tabalong, Tanah Laut, Kotabaru, Banjar, hingga ke Kabupaten Tapin. Oleh karena itu hampir tidak mungkin untuk menjelajahi keseluruhan area Pegunungan Meratus hanya dalam waktu beberapa hari saja.
Ada beberapa objek wisata alam yang tersebar di beberapa bagian Pegunungan Meratus. Anda harus memilih lokasi tertentu jika ingin menikmati alam Pegunungan Meratus. Karena memang lokasinya bisa berjauhan antara satu objek wisata dengan yang lainnya. Misalnya memilih untuk berkunjung ke Kabupaten Hulu Sungai Tengah yang dilewati oleh Pegunungan Meratus. Salah satu gunung yang terdapat di Kabupaten ini dan merupakan bagian dari Pegunungan Meratus adalah Gunung Halau Halau.
Tepat dibawah kaki Gunung Halau Halau terdapat sebuah air terjun yang disebut dengan masyarakat setempat dengan nama Sungai Karo. Air terjun ini menjulang setinggi 80 m dari permukaan tanah. Pada bagian bawah air terjun terdapat telaga yang bisa digunakan untuk berendam. Kualitas airnya sangat jernih dan debitnya censderung tetap sepanjang tahun, meskipun pada musim kemarau. Ini karena sumber airnya berasal dari kawasan hutan di Gunung Halau Halau yang masih terjaga keasliannya.
Dipenuhi dengan pepohonan ari jenis Meranti, Agathis, Kanari, Nyatoh, Medang, Durian, Gerunggang, Kempas, dan Seluang. Akar dari pepohonan yang memenuhi hutan disekitar lokasi air terjun, membuatnya dapat menahan air tanah yang berasal dari hujan agar tidak langsung mengalir ke lautan.
Beberapa jenis satwa endemik Kalimantan bisa ditemui di Gunung Halau Halau. Misalnya burung Enggang dan jugo Owa Kalawet. Tentu saja hutan Gunung Meratus juga dipenuhi satwa non-endemik Kalimantan, seperti Ular Gua yang sempat ditemui oleh Tim Ekspedisi Khatulistiwa yang menjelajah Pegunungan Meratus termasuk juga Gunung Halau Halau itu sendiri. Ular gua bukanlah merupakan satwa endemik Kalimantan karena juga ditemui di daerah lain seperti di Thailand dan juga di daerah sekitar Semenanjung Malaya.
Ular gua ditemukan di beberapa gua yang berbeda. Mereka hidup di langit-langit gua dan bisa berukuran hingga sepanjang 2,5 m. Makanan utama dari ular gua adalah kelelawar yang banyak lalu-lalang di dalam gua di Kalimantan. Selain dari itu di hutan Gunung Halau Halau juga banyak tanaman yang bisa dimanfaatkan sebagai obat. Misalnya tanaman Pasak Bumi, Ulur Ulur, dan Saluang Belum.
Gunung Halau Halau mempunyai ketinggian yang mencapai hingga 1901 m dari atas permukaan laut. Ketinggian puncak Gunung Halau bahkan lebih tinggi dari Gunung Kilai yang juga merupakan salah satu gunung yang menyusun Pegunungan Meratus. Gunung Kilai itu sendiri ketinggiannya sudah mencapai 1400 m dari atas permukaan laut. Ketinggian tersebut membuat puncak dari Gunung Halau Halau merupakan titik tertinggi yang ada di Kalimantan Selatan.
Sebenarnya Gunung Halau Halau dan juga air terjun yang ada di kaki gunung tersebut merupakan daerah keramat bagi Suku Dayak Meratus. Jadi meskipun pengunjung bebas memasukinya, namun sebaiknya meminta izin terlebih dahulu ke tetua adat Suku Dayak Setempat. Selain itu merupakan langkah yang tepat untuk mengajak salah seorang Suku Dayak Meratus yang berpengalaman untuk memandu perjalanan melalui hutan Gunung Meratus.
Tentu saja puncak gunung yang tinggi memberikan tantangan tersendiri bagi para petualang. Termasuk dari Tim Ekspedisi Khatulistiwa 2012 yang untuk kedua kalinya telah menaklukkan puncak Gunung Halau Halau di bulan Mei kemarin. Tim Ekspedisi Khatulistiwa adalah tim penjelajah TNI yang merupakan gabungan dari beberapa kesatuan. Kesatuan tersebut seperti Kopassus, Paskhas, Yon Raider, Marinir, dan juga Yonif 613 Raja Alam yang merupakan batalyon infantri yang bermarkas di Kota Tarakan di Kalimantan Timur.
Tim Ekspedisi Khatulistiwa juga serin menyertakan tim peneliti terutama dari universitas untuk ikut serta dalam ekspedisi. Selain untuk berpetualang dan mengasah keterampilan, Tim Ekspedisi Khatulistiwa juga turut meneliti kekayaan flora dan fauna yang ada di Kalimantan. Karena bisa jadi mereka menemukan tumbuhan atau hewan yang belum pernah diidenfitikasi sebelumnya. Ini bisa menjadi penemuan besar dan penemunya bisa memberikan nama pada tumbuhan atau hewan yang sudah ditemukannya. Misalnya ketika Tim Ekspedisi Khatulistiwa yang mencoba mencari Kijang Kuning atau yang kadang juga disebut dengan Kijang Emas di kawasan Pegunungan Meratus.
Kijang ini masih bersifat misteri karena belum jelas apa benar ada atau tidak. Memang ada kisah dari para tetua masyarakat yang hidup disekitar Pegunungan Meratus. Mereka menceritakan kalau pernah melihat Kijang Kuning di hutan. Hanya saja Tim Ekspedisi Khatulistiwa tidak sempat menemukannya ketika menjelajah Pegunungan Meratus.
Mungkin satu-satunya bukti keberadaan kijang ini adalah dari adanya tanduk yang dipercaya milik Kijang Kuning yang dipajang disalah satu rumah penduduk. Hanya saja ini perlu dibuktikan lebih lanjut lagi, apakah benar itu merupakan spesies baru. Bukannya spesies kijang lain yang bisa ditemukan di Kalimantan.

0 comments:

Post a Comment

ads

ads