Tuesday, December 2, 2014

Gunung Merbabu

Gunung ini merupakan gunung mati, pernah meletus ratusan tahun yang lalu, sebelum belanda datang di jawa  dia sudah meletus meletusnya pecah dan trebelah-belah, konon kata beberapa panoramal jawa ada kerajaan  di jawa yang besar, tengelam dan terkubur dalam di lembah antara gunung Merbabu sisi selatan dan Merapi sisi utara, akibat letusan dari ke dua gungung itu, entah kerajaan mana yang jelas ada hubunganya dengan Candi Borobudur, Prambanan dan  Ratu boko. Kalau di sejarah sih disebut-sebut  kerajaan Mataram kuno. Posisi Lembah-lembah itu ya sepanjang daerah kota  area muntilan ke borobudur Sebagian sleman atau ke utara ketep pass hingga ke selo boyolali, menuju ke prambanan di klaten barat, terus ke seleman utara.
Gunung Merbabu adalah gunung api yang bertipe Strato (lihat Gunung Berapi) yang terletak secara geografis pada 7,5° LS dan 110,4° BT. Secara administratif gunung ini berada di wilayah Kabupaten Magelang di lereng sebelah barat dan Kabupaten Boyolali di lereng sebelah timur, Propinsi Jawa Tengah.

Foto diambil dari Jalur Wekas
Gunung Merbabu dikenal melalui naskah-naskah masa pra-Islam sebagai Gunung Damalung atau Gunung Pam(a)rihan. Di lerengnya pernah terdapat pertapaan terkenal dan pernah disinggahi oleh Bujangga Manik pada abad ke-15. Menurut etimologi, "merbabu" berasal dari gabungan kata "meru" (gunung) dan "abu" (abu). Nama ini baru muncul pada catatan-catatan Belanda.
Gunung ini pernah meletus pada tahun 1560 dan 1797. Dilaporkan juga pada tahun 1570 pernah meletus, akan tetapi belum dilakukan konfirmasi dan penelitian lebih lanjut. Puncak gunung Merbabu berada pada ketinggian 3.145 meter di atas permukaan air laut.
Gunung Merbabu mempunyai kawasan Hutan Dipterokarp Bukit, Hutan Dipterokarp Atas, Hutan Montane, dan hutan Ericaceous atau hutan gunung.
Bentuk atau kontur gunung merbabu tengah hancur karena tidak ada kawah di atas puncak, semua puncak baik yang tertinggi dari Urutan bukit Kenteng songo, Syarip maupun puncak Muhtar, struktur gunung vulkanik pecah belah dengan kawah dapat di temui di dasar jurang, jadi pendaki harus turun jika ingin melihat kawah-nya, masih ada yang aktip tapi kecil, hanya air hangat dengan bau asap belerang mengepul sedikit..

Gunung ini miskin sumber mata air, apaligi di puncak, sangat kering, sepanjang pendakian jarang di jumpai sumber mata air, kalaupun toh ada itu hanya rembesan-rembesan kecil saja, itupun jika musim penghujan. Maka tak heran Air terjun yangada di bawah tepatnya di Bumi perkemhan Umbul songo, tidak ada airnya jika musim kemarau/kering. Kondisi ini diakibatkan karea kontur letusan gunung yang tidak membentuk penampungan di atas, sehingga jika hujan gunung ini tidak bisa menampung air seperti dgunung Lawu tawangmangu perbatasan Jateng dan Jatim, gunung Rinjani di lombok yang ada kolam kawah di atas gunung...bahkan ada ikan yang bisa di tangkap untk di masak di gunung itu.
Di puncak Muhtar merbabu ada Installasi pemancar ulang Radio dan Telekomunikasi, tenaga surya, milik TNI AD dan jajaran Orari. Yang diresmikan oleh beliau bapak Muhktar Kusumaatmaja (saat menjadi gubernur Jateng dulu kala), maka puncak pertama dari jalur post cunthel atau post tekellan ds kopeng itu terkenal dengan "Puncak Muhktar". Nama aslinya puncak kukusan karena berbentuk meruncing, bak mirip kukusan buat menanak nasi orang jawa tengah.
Puncak Syarip adalah puncak yang lebih tinggi dari Muhktar, terletak di sebelah selatan atas barisan puncak tertinggi Kenteng Songo, nama syarip sebanarnya disebut-sebut  berasal dari si  penungu gunung atau jurtu kunci tertua yang pernah hidup di dusun terdekat,  puncak ini lebih dekat jika di tempuh dari post wekas ds wekas kec ngablak magelang, 6,4 km dari wisata kopeng, anda jika lewat sana adalah menyusuri bongkahan letusan yang menjadi kaki bukit dan sungai mati sisi barat bagian dasar dan jalan lalu naik sepajang gunung dan  akhirnya bertemu di pertigaan antara ke kiri menuju puncak Mukhtar dan ke kanan depan menuju puncak Syarip dan kenteng songo, Jadi kalau anda dari post cunhel kopeng mau ke puncak syarip malah setiba di puncak muhtar anda justru harus  jalan turun lagi lalu ketemu dengan jalur dari wekas tsb dan baru ke astas naik lagi...sungguh petualangan yang menguras tenaga, jadi kalau anda mau mendaki lewat post chuntel atau tekellan, dan bermaksud ke puncak Syarip atau yang tertinggi BAWALAH BEKAL 2X lebih banyak khusunya air.

Mitos-mitos Gunung Merbabu
Gunung Merbabu cukup populer sebagai ajang kegiatan pendakian. Medannya tidak terlalu berat namun potensi bahaya yang harus diperhatikan pendaki adalah udara dingin, kabut tebal, hutan yang lebat namun homogen (hutan tumbuhan runjung, yang tidak cukup mendukung sarana bertahan hidup atau survival), serta ketiadaan sumber air. Penghormatan terhadap tradisi warga setempat juga perlu menjadi pertimbangan.

Banyak mitos-mitor seputar gunung ini, seperti Pasar Setan di kawah bawah gunung merbabu, Pasar burah di jalan menuju puncak syarip, Sarung Dingin atau hawa dingin mematikan, hutan dan lereng larangan, dll, entah sudah beredar sampai kemana dan apa saja sebutanya, setiap orang yang mengalami pengalanman maka ia akan menyebutnya lain, bahkan banyak-tim-tim baik Mapala, Ormas-ormas, ataupun umum pencinta gunung, ingin membuktikan itu, tapi yang mereka temui juga tak banyak, ada dan mungkin hanya kebetulan saja.  Jadi mitos di gunung merbabu adalah kondisi yang tidak perlu di buktikan karena alam tidak akan memerlukan bukti untuk bisa menjadi sebuah mitos.
Sebenarnya hal ini hanyalah fakta tidak tetap saja karena tidak semua mengalami hal-hal yang aneh tersebut, jika pada perinsipnya mereka tidak menggangu alam, yang penting niat anda tidak menentang kondisi yang ada, ikuti saja dan netrallah dari segala kesombongan, karena memang setiap jengkal bumi ini ada yang menempatinya dan lebih berkuasa  tentunya dari pada kita yang baru, jadi jika kita pergi kemanapun termasuk tempat-tempat yang jarang kita kunjungi seperti gunung ini, maka kita hendaknya bisa menjaga diri untuk tidak sombong dan conkak, baik pikiran, perasaan ataupun tingkah laku tentunya. 

0 comments:

Post a Comment

ads

ads