Sebuah destinasi perjalanan, terkadang tak selamanya seperti apa yang telah kita rencanakan.
Hujan gerimis menyambut kedatangan saya di Terminal Bus Probolinggo.
Satu jam perjalanan menuruni daerah Bromo menggunakan bison yang cukup
sesak dengan penumpang. Saya berencana melanjutkan perjalanan menuju ke
Kota Malang, namun tawaran mengunjungi Museum House of Sampoerna pun
merubah rute perjalanan saya, hingga akhirnya saya memilih untuk singgah
ke Kota Surabaya.
Gedung-gedung tua seolah menyambut kedatangan saya di salah satu sudut
Kota Surabaya. Letak Museum House of Sampoerna ini tak jauh dari kawasan
Jembatan Merah, kawasan "kota tua" di Surabaya. Di kawasan ini masih
banyak bangunan peninggalan jaman Kolonialisme Belanda yang hingga kini
masih dimanfaatkan keberadaannya. Salah satu bangunan yang cukup
terkenal di kawasan ini adalah Penjara Kalisosok yang kini sudah tidak
digunakan lagi.
Becak yang saya naiki pun tiba di sebuah pintu gerbang. Gedung tua yang
terlihat masih megah dengan taman-taman yang tertata rapi pun seolah
menyambut saya di kompleks gedung House of Sampoerna ini. Setelah
bertanya kepada petugas, saya pun dipersilahkan masuk ke bangunan tengah
yang memiliki empat buah pilar yang cukup megah berbentuk seperti
rokok. Di sanalah kita dapat melihat koleksi barang yang dipamerkan di
dalam Museum House of Sampoerna.
Penjaga museum yang berusia masih muda akan membukakan pintu menyambut
setiap tamu yang hadir dengan senyuman. Aroma cengkeh dan tembakau pun
menyerebak di ketika kita memasuki ruangan Museum House of Sampoerna
ini. Museum House of Sampoerna menempati bangunan tua buatan tahun 1864
yang memiliki dua buah lantai. Lantai pertama berfungsi sebagai ruang
pamer dan lantai kedua berfungsi sebagai tempat penjualan souvenir. Bangunan di lantai pertama terdiri dari tiga buah ruangan. Ruangan pertama berisi replika sebuah warung sederhana bernuansa ndeso milik
pendiri PT Sampoerna, yaitu Liem Seeng Tee dan istrinya, Siem Tjiang
Nio. Replika warung sederhana tersebut lengkap berisi stoples makanan,
keranjang buah-buahan, serta cengkeh dan tembakau sebagai cikal-bakal
perusahaan rokok ini. Di depan replika warung teronggok tembakau dari
berbagai daerah, mungkin inilah sumber bau yang menyerbak ke seluruh
ruangan. Tembakau-tembakau terbaik dari berbagai daerah inilah yang
kemudian akan diolah menjadi produk rokok keluaran Sampoerna. Salah satu
onggokan tembakau tersebut berasal dari daerah Temanggung yang memang
terkenal dengan kualitas tembakaunya yang super.Beranjak ke koleksi selanjutnya terdapat dua buah sepeda tua yang digunakan pendiri Sampoerna untuk berdagang ketika masih muda. Sepeda tersebut memang memiliki nilai historis yang tinggi bagi pemiliknya. Merekalah saksi bisu perjuangan Liem Seeng Tee kecil yang memulai hidup mandiri dengan bekerja keras semenjak masih kecil. Di ruangan ini juga dipamerkan replika tempat penyimpanan tembakau, alat pengolah tembakau sederhana. Di bagian kanan ruangan menampilkan properti ruang kerja, properti ruang keluarga Liem Seeng Tee selama menjalankan perusahaannya. Ada pula koleksi kebaya serta foto keluarga dari masa ke masa.
Ruangan kedua lebih banyak berisi koleksi foto-foto keluarga serta direksi PT HM Sampoerna dari masa ke masa. Di ruangan ini juga dipamerkan sebuah buku mengenai tembakau. Ada pula barang-barang seperti koleksi alat pemantik rokok dengan berbagai macam bentuk. Lanjut ke ruangan ketiga, kita akan diperkenalkan dengan alat dan bahan untuk meracik rokok. Campuran bahan untuk membuat rokok memang cukup rumit sehingga dapat dihasilkan sebuah rokok dengan aroma serta cita rasa yang enak. Ada pula replika warung rokok yang sering kita temui di pinggir-pinggir jalan pada jaman tahun 90-an sampai awal tahun 2.000-an. Merekalah ujung tombak penjualan rokok keluaran pabrik Sampoerna. Di ruangan ini kita juga diperkenalkan dengan produk-produk rokok produksi Sampoerna, baik yang dipasarkan di Indonesia maupun yang sudah mendapatkan lisensi di beberapa negara.
Koleksi unik lainnya adalah peralatan marching band yang dipamerkan di museum ini. Marching band binaan Sampoerna ini memiliki prestasi hingga dunia internasional. Namun sayang, semenjak Desember 1991 kegiatan marching band binaan Sampoerna ini resmi dihentikan. Kita dapat menikmati rekam jejak marching band binaan Sampoerna ini lengkap dari layar monitor sentuh yang disediakan.
Lantai kedua Museum House of Sampoerna merupakan tempat penjualan marchendise Sampoerna. Dari ruangan ini kita juga dapat melihat kegiatan para pekerja pabrik yang sedang melinting rokok, di mana rata-rata pekerja pelinting rokok adalah kaum perempuan. Kecepatan mereka dalam melinting rokok sangat luar biasa. Dalam waktu satu jam mereka dapat melinting sekitar 325 buah batang rokok. Bisa dibayangkan kecepatan mereka dalam melinting batang rokok? Namun sayang, di lantai dua ini kita tidak diperbolehkan untuk mengambil gambar.
Secara keseluruhan Museum House of Sampoerna ini memang sangat recomended untuk dikunjungi. Selain memiliki koleksi yang menarik, tata ruang, hingga display museum pun dibuat cukup apik. Well, Museum House of Sampoerna merupakan salah satu museum milik swasta yang menarik selain Museum Batik Danar Hadi di Solo yang pernah saya kunjungi. Keunikan lain dari museum ini adalah jam bukanya yang setiap hari bahkan hingga malam hari. Bagi Anda yang sedang berkunjung di Kota Surabaya, tak ada salahnya untuk mampir sejenak ke Museum House of Sampoerna ini.
keterangan :
- Museum House of Samperna buka dari hari Senin sampai Minggu dari pukul 09.00 sampai 22.00 WIB dengan tarif masuk gratis
- alamat museum : Taman Sampoerna No 6, Krembangan, Pabean Cantikan, Surabaya
- telepon : +6231 353 9000 fax : +6231 353 9009
- website : www. houseofsampoerna.museum
0 comments:
Post a Comment