Berlokasi di Bandung, Museum Konperensi Asia-Afrika
memiliki sejarah sebagai tempat Konferensi Asia-Afrika tahun 1955.
Museum ini diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia, Soeharto, pada
tanggal 24 April 1980 pada Peringatan 25 Tahun Konferensi Asia-Afrika.
Menyambut Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Afrika 2005 serta
Peringatan 50 Tahun Konferensi Asia-Afrika, museum tersebut direnovasi.
Perubahan pada diri Museum Konperensi Asia-Afrika sedang dan akan terus
berlangsung, menuju satu museum dengan berbagai ruang pamer pilar-pilar
Kemitraan Asia-Afrika, dilengkapi dengan perpustakaan modern
Asia-Afrika.
SEJARAH 1955
Berakhirnya Perang Dunia II (Agustus 1945) tidak serta merta mengakhiri situasi permusuhan antarbangsa. Situasi dunia terus memanas akibat adanya 'Perang Dingin' antara Blok Barat dan Blok Timur, serta masih adanya penjajahan, terutama di kawasan Asia dan Afrika. Pengembangan senjata nuklir juga semakin menimbulkan kekhawatiran akan terjadinya perang dunia selanjutnya.
Berakhirnya Perang Dunia II (Agustus 1945) tidak serta merta mengakhiri situasi permusuhan antarbangsa. Situasi dunia terus memanas akibat adanya 'Perang Dingin' antara Blok Barat dan Blok Timur, serta masih adanya penjajahan, terutama di kawasan Asia dan Afrika. Pengembangan senjata nuklir juga semakin menimbulkan kekhawatiran akan terjadinya perang dunia selanjutnya.
Saat situasi dunia semakin tak menentu, berlangsunglah
Konferensi Asia-Afrika pada 18-24 April 1955. Konferensi ini berlangsung
di Gedung Merdeka, Bandung, diikuti 29 negara. Hasil Konferensi
Asia-Afrika yang paling terkenal adalah Dasasila Bandung, atau Sepuluh
Prinsip dari Bandung. Prinsip-prinsip ini kemudian menjadi pedoman bagi
bangsa-bangsa Asia dan Afrika dalam menggalang solidaritas dan kerja
sama internasional. Semangatnya telah menambah kekuatan moral bagi para
pejuang kemerdekaan bangsa-bangsa tersebut.
GEDUNG MERDEKAGedung Merdeka,
arsitektur yang tak lekang oleh waktu dan sarat makna. Terletak di Jalan
Asia-Afrika, Bandung. Berdiri pada tahun 1895 sebagai tempat
perkumpulan orang-orang Eropa, Societeit Concordia.
Gaya Art deco ditonjolkan oleh C.P. Wolff Schoemaker pada
tahun 1921 untuk memberikan warna rekreasi pada Gedung Merdeka.
Perancang A.F. Aalbers, pada tahun 1940 menambahkan Gaya Internasional.
Gaya untuk menarik lebih banyak anggota bergabung di Societeit
Concordia.
Pada masa pendudukan Jepang, gedung itu berganti nama
menjadi Dai Toa Kaikan dan digunakan sebagai pusat kebudayaan. Menjelang
Konferensi Asia-Afrika tahun 1955, gedung itu mengalami perbaikan dan
diubah namanya oleh Presiden Republik Indonesia, Soekarno, menjadi
Gedung Merdeka.
PAMERAN TETAP
Ruang Pameran Tetap memamerkan koleksi berupa benda-benda tiga dimensi dan foto-foto dokumenter peristiwa yang melatarbelakangi Konperensi Asia-Afrika, Pertemuan Tugu, Konperensi Kolombo, Konperensi Bogor, Konperensi Asia-Afrika 1955, dan dampak Konperensi Asia-Afrika bagi dunia internasional, serta profil negara-negara peserta Konferensi Asia-Afrika yang dimuat dalam sarana multimedia.
Ruang Pameran Tetap memamerkan koleksi berupa benda-benda tiga dimensi dan foto-foto dokumenter peristiwa yang melatarbelakangi Konperensi Asia-Afrika, Pertemuan Tugu, Konperensi Kolombo, Konperensi Bogor, Konperensi Asia-Afrika 1955, dan dampak Konperensi Asia-Afrika bagi dunia internasional, serta profil negara-negara peserta Konferensi Asia-Afrika yang dimuat dalam sarana multimedia.
PERPUSTAKAAN
Perpustakaan mengoleksi buku-buku sejarah, politik, sosial dan budaya negara-negara Asia-Afrika; dokumen-dokumen mengenai Konferensi Asia-Afrika, konferensi-konferensi pendahulu, KTT Asia-Afrika 2005, serta majalah, surat kabar, dan 'Braille Corner' untuk para tunanetra.
Perpustakaan mengoleksi buku-buku sejarah, politik, sosial dan budaya negara-negara Asia-Afrika; dokumen-dokumen mengenai Konferensi Asia-Afrika, konferensi-konferensi pendahulu, KTT Asia-Afrika 2005, serta majalah, surat kabar, dan 'Braille Corner' untuk para tunanetra.
INTERNET
Tersedia fasilitas komputer dengan koneksi internet dan Wi-Fi
Tersedia fasilitas komputer dengan koneksi internet dan Wi-Fi
RUANG AUDIOVISUAL
Ruang Audiovisual menayangkan film-film dokumenter mengenai kondisi dunia hingga tahun 1950-an, Konferensi Asia-Afrika, konferensi-konferensi pendahulu, konferensi selanjutnya dan KTT Asia-Afrika tahun 2005. Selain itu ditayangkan pula pemutaran dan diskusi film tematik secara berkala mengenai kehidupan sosial budaya bangsa-bangsa Asia Afrika.
Ruang Audiovisual menayangkan film-film dokumenter mengenai kondisi dunia hingga tahun 1950-an, Konferensi Asia-Afrika, konferensi-konferensi pendahulu, konferensi selanjutnya dan KTT Asia-Afrika tahun 2005. Selain itu ditayangkan pula pemutaran dan diskusi film tematik secara berkala mengenai kehidupan sosial budaya bangsa-bangsa Asia Afrika.
KEDAI CENDERA MATA
Berbagai macam cendera mata unik dan khas tersedia di kedai cendera mata.
Berbagai macam cendera mata unik dan khas tersedia di kedai cendera mata.
KEGIATAN KOMUNITAS
Sebagai hasil jalinan kerja sama dengan sejumlah komunitas, Museum Konperensi Asia-Afrika yang berbasis pada konsep 'Participatory Museum' memiliki sejumlah program publik.
Sebagai hasil jalinan kerja sama dengan sejumlah komunitas, Museum Konperensi Asia-Afrika yang berbasis pada konsep 'Participatory Museum' memiliki sejumlah program publik.
PEMANDUAN
Tersedia pemandu untuk kunjungan kelompok dalam bahasa Indonesia, bahasa Sunda, bahasa Inggris, dan bahasa Perancis yang memerlukan reservasi sebelumnya.
Tersedia pemandu untuk kunjungan kelompok dalam bahasa Indonesia, bahasa Sunda, bahasa Inggris, dan bahasa Perancis yang memerlukan reservasi sebelumnya.
PERATURAN BERKUNJUNG
Demi kenyamanan pengunjung museum, mohon agar memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
Demi kenyamanan pengunjung museum, mohon agar memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
- Tidak berlarian di museum. Bicaralah dengan nada tenang. Gunakan suara rendah di semua area museum agar tidak mengganggu pengunjung lain.
- Harap tidak makan, minum, mengunyah permen karet, atau menggunakan produk tembakau lainnya di dalam museum kecuali di kafe museum.
- Pengunjung tidak diperbolehkan membawa senjata atau sejenisnya.
- Tidak diperkenankan membawa binatang peliharaan.
- Tidak diperkenankan mengenakan sandal jepit atau sejenisnya.
- Boleh berfoto namun tidak menggunakan kilat dan kaki tiga (tripod).
- Untuk meningkatkan interaksi, pengunjung disarankan mengurangi penggunaan ponsel kecuali pada keadaan darurat saja.
- Tidak menyentuh artefak.
- Tidak masuk ke tempat dimana tur sedang berlangsung, silakan kembali kemudian.
- Tidak menggunakan perangkat pameran sebagai alas untuk menulis.
Museum Konperensi Asia-Afrika juga menyelenggarakan
kegiatan pameran temporer tematik secara berkala yang berkaitan dengan
Semangat Bandung dan Kerjasama Kemitraan Strategis Baru Asia-Afrika
(NAASP). Untuk informasi terkini termasuk kegiatan pameran temporer dan
kegiatan komunitas lainnya dapat dilihat pada publikasi cetak atau
melalui website kami: www.mkaa.or.id
JALUR ANGKUTAN UMUM
- Dari Terminal Bus Cicaheum: Naik bus kota jurusan Cicaheum-Leuwi Panjang. Turun di Halte Bus Asia-Afrika. Jalan kaki sejauh kurang lebih 100 meter ke barat menuju Alun-alun Bandung.
- Dari Terminal Bus Leuwi Panjang: Naik bus kota jurusan Cicaheum-Leuwi Panjang. Turun di Halte Bus Alun-alun Bandung. Jalan kaki sejauh sekitar 100 meter ke timur menuju Jalan Braga.
- Dari Stasiun Kereta Api Kebon Kawung Bandung: Naik angkutan kota jurusan St. Hall-Gedebage. Turun di perempatan Jalan Braga-Naripan. Jalan kaki ke arah selatan sejauh kurang lebih seratus meter menuju Jalan Braga.
Sumber: Brosur 'Museum Konperensi Asia-Afrika', Direktorat
Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik, Kementerian Luar Negeri
Republik Indonesia
ALAMAT:
MUSEUM KONPERENSI ASIA AFRIKA
Jl. Asia-Afrika no. 65
Bandung
Jawa Barat
MUSEUM KONPERENSI ASIA AFRIKA
Jl. Asia-Afrika no. 65
Bandung
Jawa Barat
0 comments:
Post a Comment