Tuesday, November 25, 2014

Museum Karst dan Budaya

BERDIRINYA MUSEUM KARST INDONESIA
Pada tanggal 6 Desember 2004 di Gunung Kidul Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta,Bapak Presiden Republik Indonesia telah menetapkam untuk Kawasan Kars Gunung Sewu dan Gembong Selatan sebagai Kawasan Eco Kars.Selanjutnya pada akhir tahun 2005 Bapak Presiden Republik Indonesia mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor 16 tentang Kebijakan Pembangunan dan Kebudayaan dan Pariwisata,diantaranya menginstruksikan kepada Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral untuk mengembangkan kawasan kars sebagai daya tarik wisata.Berdasarkan hal tersebut di atas pada tahun 2008 Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral cq Badan Geologi bersama-sama dengan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan Pemerintah Kabupaten Wonogiri telah membuat kesepakatan bersama yang pada prinsipnya bersepakat untuk secara bersama-sama mewujudkan terbangunnya Museum Kars Indonesia.
LATAR BELAKANG MUSEUM KARST INDONESIA DI WONOGIRI ?
Kabupaten Wonogiri sangat kaya akan objek wisata ziarah yang dapat dikunjungi wisatawan, salah satunya Gunung Giri. Banyak pengunjung dari luar Wonogiri yang “nyepi” di tempat ini tiap malam Selasa atau Jumat Kliwon. Petilasan ini pernah dibangun kembali oleh keluarga Soemoharmoyo (mantan Bupati Wonogiri tahun 1973 – 1982).
RM Said atau Pangeran Sambernyawa mengawali perjuangan mendirikan dinasti Mangkunegaran justru dari Bumi Nglaroh (Desa Pule Kecamatan Selogiri) pada tanggal 19 Mei 1741. Di tempat ini ditemukan adanya peninggalan sejarah berupa batu gilang. Adanya penemuan itu, Pemerintah Kabupaten Wonogiri memilih tanggal 19 Mei 1741 sebagai hari jadi pemerintah Wonogiri dengan Peraturan Daerah (Perda) nomor 5 tahun 1990. Untuk mengenang sejarah, di Nglaroh dibangunlah Monumen Batu Gilang.
Bukti bahwa Wonogiri memiliki latar belakang sejarah tua juga dikuatkan dengan penemuan dua prasasti peninggalan Maharaja Balitung (Raja Mataram Hindu) tahun 903 Masehi. Dua prasasti Balitung itu menyebutkan bahwa penyeberangan Sungai Bengawan Solo di Desa Nambangan (Kecamatan Selogiri) memiliki peranan penting bagi pemerintahan kerajaan Mataram Hindu.
Objek wisata lain yang tak kalah menarik adalah Kahyangan. Panembahan Senopati yang kelak berjuluk Sultan Agung – seorang tokoh pendiri Dinasti Mataram Islam – sebelum bertahta sebagai raja pernah melakukan samadi bertapa di Kahyangan Desa Dlepih Kecamatan Tirtomoyo. Petilasan di atas bukit ini sampai sekarang masih banyak dikunjungi wisatawan dari berbagai daerah di tanah air.
Kondisi daerah Wonogiri memang terdiri atas dataran dan bukit-bukit bergunung. Titik elevasi (ketinggian tempat) terendah 127 meter dan tertinggi 1.300 meter dari permukaan laut. Kondisi topografi demikian ini cukup rawan terhadap erosi tanah. Adanya perbedaan elevasi yang relatif tinggi tersebut, di Wonogiri banyak dijumpai lereng terjal dengan derajat kemiringan cukup tinggi.
Kawasan Wonogiri selatan yang topografinya berbukit-bukit dan terkenal sebagai deret pegunungan kapur selatan terdapat 109 telaga alam dengan luas sekitar 117,5 hektar. Potensi telaga alam ini dijadikan tumpuan pemenuhan kebutuhan air sehari-hari bagi penduduk. Wonogiri yang kondisi tanahnya sebagian besar perbukitan memang banyak mengandung batu kapur. Jenis bebatuan ini sangat potensial untuk dibudidayakan menjadi gamping dan kalsit.
Wonogiri selatan yang topografinya berbukit-bukit dan terkenal sebagai deret pegunungan kapur selatan terdapat berpuluh-puluh gua. Gua-gua itu terbentuk karena adanya proses evolusi bumi dan pukulan arus air yang terus-menerus sepanjang tahun. Tak aneh jika di kawasan karst terdapat banyak aliran sungai, di antaranya masuk ke gua-gua menjadi sungai bawah tanah. Tak banyak orang yang tahu bahwa sungai legendaris Bengawan Solo – yang terpanjang di pulau Jawa – ternyata mata airnya berasal dari kawasan Pegunungan Seribu di wilayah Wonogiri Selatan.
Kawasan karst di Wonogiri selatan terdapat di Kecamatan Pracimantoro, Eromoko, Paranggupito, Giritontro, dan Giriwoyo. Kawasan ini berciri khas banyak memiliki gua-gua berstalaktit dan stalakmit dengan nilai alami yang menarik. Di Desa Gebangharjo Kecamatan Pracimantoro – yang menjadi pusat penelitian kawasan karst – terdapat puluhan gua yang unik dan menakjubkan. Di sana terdapat Gua Tembus, Gua Mrica, Gua Sodong, Gua Potro, Gua Sapen, dan Gua Gilap. Berdasarkan penelitian para ahli sejarah dan geologi, kawasan gua-gua di Pracimantoro Wonogiri layak dijadikan sebagai Museum Kawasan Karst Dunia.
Keberadaan gua-gua itu menyimpan kisah perjalanan kehidupan manusia sejak zaman prasejarah hingga zaman kerajaan. Selanjutnya cerita itu berkembang di masyarakat dan menjadi sumber sejarah. Cerita rakyat ini sangat menarik untuk selalu digali sebagai bahan pendidikan dan penanaman nilai-nilai positif bagi generasi penerus. Buku ”Sejarah Karst dan Cerita Tentang Gua-Gua” ini layak dijadikan bacaan bagi kalangan pelajar dan masyarakat luas.
Kawasan karst di Pracimantoro Wonogiri – dengan ciri khas beragam gua-gua dan panorama alam yang indah ini – kelak akan dijadikan sebagai tempat penelitian ilmiah dan wisata alam yang tiada duanya di Indonesia, bahkan di dunia. Tempat-tempat itu sangat bagus untuk dikunjungi oleh kalangan peneliti, wisatawan, dan pecinta alam.

AKSES MENUJU MUSEUM KARS INDONESIA
Terletak di Desa Gebangharjo,Kecamatan Pracimantoro,Kabupaten Wonogiri sekitar 30 km timur Kota Wonosari dan 60 km barat Pacitan.Lokasi tersebut mudah dicapai baik dari Yogyakarta,Jawa Tengah maupun Jawa Timur.

PERESMIAN MUSEUM KARS INDONESIA
Museum Kars Indonesia dibangun pada 2 Juli 2008 dan diresmikan pada tanggal 30 Juni 2009 oleh Presiden Republik Indonesia,Bapak Susilo Bambang Yudhoyonodi Sragen bersamaan dengan peresmian Technopark.Museum Kars Indonesia ini bekerjasama dengan tiga instasi yaitu dari Departemen Energi Sumber Daya Mineral,Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan Pemerintah Kabupaten Wonogiri.Museum Kars Indonesia ini kepemilikannya dari Departemen Energi Sumber Daya Mineral,pengelolaannya dari Badan Geologi dari Museum Geologi Bandung.Untuk Pemerintah Provinsi Jawa Tengah yang menyediakan fasilitas di luar museum seperti jalan,masjid,pos penjagaan dan selter di belakang Museum.Untuk Pemerintah Kabupaten Wonogiri yang menyediakan tanah atau lahan.

DAYA TARIK MUSEUM KARS INDONESIA
Konsep pembangunan museum yang memadukan antara bangunan fisik dan lingkungan alam di sekitarnya merupakan proyeksi dari kegiatan in-door dan out door.Keragaman unsur kars di luar bangunan mendukung arti dan fungsi museum,sehingga konsep back to nature tercapai.Kawasan di luar museum sebagai museum alam mencakup seluruh sistem Kars Gunung Sewu.Seluruh kawasan,baik yang terletak di wilayah Kabupaten Gunungkidul ( DIY ),Kabupaten Wonogiri( Jawa Tengah),Pacitan( Jawa Timur),tersatukan dalam satu kesatuan ekosistem.
Sebelum memasuki Museum Kars Indonesia,akan kita temui halaman yang sangat luas di depan gedung megah Museum Kars Indonesia,di sebelah kanan gedung terdapat Menara Pandang,Mushola dan ruang pertemuan.Di sebelah kiri berjajar pedagang dan akses jalan menuju goa-goa disekitar Museum Kars.
Museum Kars Indonesia memiliki 3 lantai utama,begitu masuk ke Loby museum pengunjung akan langsung melihat poster yang menggambarkan filososfi dari Hasta Brata yang berupa 8 wejangan yang harus dilaksanakan oleh seseorang yang hidup di dunia agar memperoleh kesempurnaan budi yang terkandung dalam cerita pewayangan,hal ini merupakan filosofi yang berkembang di Masyarakat Jawa khususnya merupakan muatan lokal dari Kabupaten Wonogiri.Setelah melewati loby akan diinformasikan denah isi museum pada kiri-kanan tangga serta disuguhkan ornament bentukan replika stalaktit dan stalakmit.
Pada lantai 1 divisualisasikan panel poster dan koleksi dengan tema Kars Untuk Ilmu Pengetahuan” Kars for Science” yang didahului dengan panel poster mengenai kronologi pembangunan Museum Kars.
Pada lantai dasar ditampilkan kondisi sosial budaya di kawasan kars dengan tema Kars Untuk Kehidupan” Kars for Life “,disini akan dapat dilihat diorama kars,maket-maket kawasan kars,serta kehidupan sosial budaya masa lalu dan masa kini.
Pada lantai atas merupakan ruangan serba guna dan dapat digunakan sebagai ruangan rapat,presentasi dan pemuataran film yang telah dilengkapi dengan tata suara,proyektor dan layar.

TERBENTUKNYA KARS
Kars adalah kawasan yang tersusun dari formasi batuan karbonat ( CaCO3,MgCO3 ataucampuran keduanya) yang mengalami proses pelarutan secara kimiawi’pelarutan’ sehingga menampakkan relief dan drainase yang khas.
Kata Karst berasal dari bahasa Jerman,yang mengambil alih kata carso dari bahasa Italia,atau krs dari bahasa Slovenia.Karst ialah suatu daerah sebelah Timur Laut Kota Trieste,di daerah Slovenia,yang pada tahun 1850,tampak sangat gersang,oleh deforestasi selama berabad-abad.Ini adalah kawasan yang pertama kali dideskripsi oleh geologiwan abad lalu ( Cvijic ). Kini,oleh penghijauan kembali,kawasan tersebut sudah tertutup hutan yang cukup lebat,tetapi tetap dinamakan Kars.
Sifat batuan karbonat adalah mudah larut oleh asam karbonat ( H2CO3 ) yang terbentuk akibat interaksi air hujan dengan CO2biogenik yang berasal dari sisa tanaman yang membusuk( humus ) di atas permukaan tanah.Proses pembentukan geomorfologi karst sangat dipengaruhi oleh proses :Kimia ( pelarutan dan pengendapan )
H2O + CO2                                                     H2CO3
Air       Karbondioksida                        asm karbonat
H2CO3 + CaCO3                                        Ca(HCO3)2
Batu gamping                                        Kalsium bikarbonat
Ca2+2H(CO3)2
Kars atau batu gamping berasal dari biota laut ( hewan-hewan laut ) berupa koloni karang yang sudah mati dan membatu.Batu gamping yang asalnya dari dasar laut bisa muncul di permukaan laut bahkan menjadi Gunung Gamping karena proses pengangkatan yang disebabkan tenaga tektonik.
Medianya adalah air hujan.Jadi,air hujan bila jatuh kesoil atau batu kapur akan lapuk dan retak-retak.Ratakan atau rekahan akan terisi oleh air hujan menggerus ke dalam dan rekahan-rekahan itu akan bertemu pada suatu titik membentuk rongga yang dimasuki manusia atau dinamakan gua.
Kars terdiri dari dua bentukan :
1.      Bentukan di atas permukaan atau eksokars
Seperti : bukit,danau dan lembah
2.      Bentukan di bawah permukaan atau indokars
Seperti : gua,beserta ornamen stalaktit dan stalagminya,ceruk,luweng.
Proses terjadinya kars berlangsung dalam kurun waktu 100 ribu hingga jutaan tahun.Berdasarkan karakteristiknya,kawasan kars di Indonesia dapat dibedakan menjadi beberapa tipe atau jenis :
1.      Tipe Menara atau tower daerah Pangkep,Maros,Sulawesi Selatan.
2.      Tipe Kerucut ( Kars Gunung Sewu ) terdiri dari 4 Kabupaten yaitu : Bantul,Gunung Kidul,Wonogiri dan Pacitan.
3.      Tipe Kokpit,daerah Gombong Jawa Tengah.
Kawasan Museum Kars Indonesia mempunyai luas 24,6 HA yang membentuk lembah di antara bukit-bukit Kars yang dikelilingi oleh beberapa situs gua dan luweng,yaitu :
GUA TEMBUS
Goa Tembus memiliki lorong sepanjang 50 meter. Gua ini memiliki dua pintu, yakni pintu masuk dan pintu keluar maka disebut ‘Gua Tembus’. Menurut cerita rakyat setempat, goa ini termasuk tempat sakral dan mistis. RM Said mengawali perjuangan mendirikan dinasti Mangkunegaran justru dari Bumi Nglaroh (Desa Pule Kecamatan Selogiri) pada tanggal 19 Mei 1741. Nah, Beliau pernah berkelana dan bersemedi di Goa Tembus ini.

GUA SODONG
Gua ini letaknya 100 meter di sebelah barat Museum Karst. Bagian depan berbentuk seperti teras rumah maka disebut ‘Sodong’. Gua ini merupakan bukti adanya sungai bawah tanah, salah satu ciri kawasan karst. Para ilmuwan dari luar negeri dan UGM Jogjakarta pernah menelusuri lorong gua sepanjang 4,5 km ini. Konon, lorong gua ini sampai di pantai Laut Selatan. Di dalam gua ditemukan beraneka stalaktit dan stalakmit yang luar biasa indahnya. Gua ini cocok untuk wisata penjelajahan alam, namun harus dengan membawa perlengkapan lengkap. Maklum. gua ini sangat licin, gelap, dan di dalamnya masih terdapat binatang buas. Anda harus berhati-hati!

GUA GILAP
Gua Gilap berada di Dusun Danggolo Desa Gebangharjo. Lokasi gua ini dari Gua Tembus berjarak 2 Km ke arah selatan. Bentuknya melingkar seperti stadion terbuka dengan dinding batuan karst. Lebar permukaan gua sekitar 150 meter dan kedalaman gua 75 meter dari permukaan darat. Kalau dilihat dari atas, gua ini sepintas seperti stadion di bawah tanah. Tempat ini sangat cocok untuk lokasi panjat tebing bagi para pecinta alam. Karena pemandangannya yang bagus, penduduk Gebangharjo pernah memanfaatkan Gua Gilap untuk tempat pentas seni kethoprak dan seni srandul.

GUA POTRO/BUNDER
Gua Potro dan Gua Bunder terletak 700 meter arah barat daya dari Gua Tembus. Semula kedua gua itu sebenarnya terpisah. Penggalian batu lintang di dalam gua oleh penduduk menyebabkan gua-gua itu rusak. Gua Potro yang sebenarnya berada di sebelah timur Gua Bunder, kini kedua lorong gua itu tembus menjadi satu. Nama Gua Potro berkait dengan nama tokoh Wonopotro yang dimakamkan di dalam gua itu. Sementara itu, nama Gua Bunder diambil dari bentuk gua yang bulat atau bundar (Jawa: bunder). Kedua gua ini sering digunakan untuk meditasi kalangan tertentu yang gemar bertapa.

GUA/LUWENG SAPEN
Gua Sapen berbentuk seperti sumur alam (Jawa: luweng). Letaknya dari Gua Tembus berjarak 0,5 Km ke arah selatan. Kedalaman Gua Sapen 48 meter dari permukaan tanah. Dahulu penduduk memakai tambang untuk memasuki gua. Setelah dibangun oleh pemerintah pada tahun 2005, kini pengunjung bisa masuk gua dengan menggunakan tangga dari besi. Menurut cerita Petrus Sutarno, asal-usul nama Gua Sapen masih berkaitan dengan perjalanan Gusti Rio alias Raden Mas Said untuk mencari tiga putri keraton bernama Raden Ayu Nawangsari, Nawangsih, dan Nawang Wulan. Dalam pengembaraannya, dia juga singgah di lokasi Gua Sapen yang berada di Mudal, Gebangharjo. Pada saat itu Raden Mas Said merasa sangat kesepian karena belum bisa bertemu dengan ketiga putri yang dicarinya. Beliau bersabda, bahwa tempat itu dinamakan Alas Sapen. Pada tahun 2005 pemerintah pusat melalui Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral membangun sarana air bersih dengan memanfaatkan sumber air Luweng Sapen. Sarana itu dilengkapi generator listrik, pompa selam, tangki air, pipa-pipa, dan tangga besi. Kini sumber air itu bisa dimanfaatkan oleh penduduk sekitar dan melayani kebutuhan air bersih penduduk Dusun Mudal, Dusun Danggolo, dan Dusun Jati.

GUA MRICA
Gua Mrica berada sekitar 200 meter di sebelah barat Gua Tembus dan hanya berjarak 100 meter sebelah utara Gua Sodong. Gua ini berbentuk bulat seperti buah mrica atau lada. Penduduk setempat memiliki filsafat, barangsiapa memiliki keinginan hendaknya dilandasi oleh tekad yang bulat bulat. Syaratnya, badan dan hati harus bersih. Dahulu gua ini sering digunakan untuk bertapa dan meraih kedigdayaan.

NILAI EKONOMI KAWASAN KARS
Nilai ekonomi kawasan Kars berkaitan langsung dengan keberadaannya sebagai sumberdaya alam,baik hayati maupun non-hayati.
Sumberdaya Mineral
Batugamping merupakan salah satu jenis sumber daya mineral yang kegunaan dan manfaatnya di bidang industri sangat banyak.Mutu dan jumlah cadangannya masih membutuhkan kajian-lanjut.Batugamping dapat dimanfaatkan mulai dari kegunaannya sebagai bahan bangunan dan fondasi hingga industri peleburan saja.
Pengelolaan Air
Beberapa mata air yang terdapat di tekuk lereng bukit batugamping,yang muncul akibat terpotongnya muka air tanah oleh bidang topografi,mempunyai debit yang cukup besar.
Pertanian,perkebunan dan kehutanan
Sebagaimana umumnya daerah kars,tanah yang merupakan hasil pelapukan fisika dan kimia batugamping umumnya tipis.Tanah berwarna coklat kemerahan atau coklat kehitaman yang dikenal sebagai terra-rossa yang berukuran halus dan bersifat lempungan umumnya mengisi lekuk-lekukdolina atau bentukan negatif  lainnya yang dikelilingi oleh bukit-bukit batugamping.Tebal terra-rossa berkisar antara 0 hingga maksimum 2 m.Sulitnya penduduk mencari lapisan tanah untuk dimanfaatkan menjadi area pertanian menyebabkan dibudidayakannya sistem senggetan,yang bertujuan menahan tanah supaya jangan tersangkut oleh air larian ( surface run-off ).
Perikanan
Budidaya ikan air tawar yang dilakukan oleh penduduk kars dengan menmanfaatkan telaga-telaga kars yang bersifat tetap ( berair sepanjang tahun ).Selain itu mereka juga membuat kolam-kolam di sekitar rumah.
Karena jumlah ikan yang ditebar ditelaga jauh lebih banyak dibanding usaha sejenis di kolam-kolam budidaya,sehingga produksi ikan telaga pun jumlahnya lebih besar.Budaya mina-padi belum dikembangkan di daerah ini.Jenis ikan yang dibudidayakan antara lain tawes,tombro,mujair,nila,gurame dan lele.Karena kecepatan perkembang-biakannya yang lebih dibanding jenis ikan lainnya,mujair merupakan pilihan pertama penduduk.
Pariwisata
Kegiatan dan usaha pariwisata di Kawasan Kars memanfaatkan unsur estetika ( keindahan ),keunikan dan kelangkaan yang dimiliki oleh gejala ekso dan endokars yang ada.Sebagai suatu bentang alam,proses pembentukan kars tidak dapat lepas dari keadaan geologi batugamping sepanjang ruang dan waktu yang tersedia.Di masa mendatang,kemasan inilah yang nantinya akan dijadikan dasar penciptaan atau penganekaragaman objek wisata yang berbasis pada alam.
Budidaya Walet Gua
Lubang-lubang hasil pelarutan batugamping pada kawasan kars banyak dihuni berbagai jenis burung seperti kapinis ( Hirundo ),seriti ( Collocalia ) dan Walet ( Aerodramus ).dua marga burung yang diesut terakhir dikenal memiliki nilai ekonomi,yaitu dari sarang yang dihasilkannya.

0 comments:

Post a Comment

ads

ads