BERDIRINYA MUSEUM KARST INDONESIA
Pada tanggal 6 Desember 2004 di
Gunung Kidul Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta,Bapak Presiden Republik
Indonesia telah menetapkam untuk Kawasan Kars Gunung Sewu dan Gembong
Selatan sebagai Kawasan Eco Kars.Selanjutnya pada akhir tahun 2005 Bapak
Presiden Republik Indonesia mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor 16
tentang Kebijakan Pembangunan dan Kebudayaan dan Pariwisata,diantaranya
menginstruksikan kepada Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral untuk
mengembangkan kawasan kars sebagai daya tarik wisata.Berdasarkan hal
tersebut di atas pada tahun 2008 Departemen Energi dan Sumber Daya
Mineral cq Badan Geologi bersama-sama dengan Pemerintah Provinsi Jawa
Tengah dan Pemerintah Kabupaten Wonogiri telah membuat kesepakatan
bersama yang pada prinsipnya bersepakat untuk secara bersama-sama
mewujudkan terbangunnya Museum Kars Indonesia.
LATAR BELAKANG MUSEUM KARST INDONESIA DI WONOGIRI ?
Kabupaten Wonogiri sangat kaya
akan objek wisata ziarah yang dapat dikunjungi wisatawan, salah satunya
Gunung Giri. Banyak pengunjung dari luar Wonogiri yang “nyepi” di tempat
ini tiap malam Selasa atau Jumat Kliwon. Petilasan ini pernah dibangun
kembali oleh keluarga Soemoharmoyo (mantan Bupati Wonogiri tahun 1973 –
1982).
RM Said atau Pangeran Sambernyawa
mengawali perjuangan mendirikan dinasti Mangkunegaran justru dari Bumi
Nglaroh (Desa Pule Kecamatan Selogiri) pada tanggal 19 Mei 1741. Di
tempat ini ditemukan adanya peninggalan sejarah berupa batu gilang.
Adanya penemuan itu, Pemerintah Kabupaten Wonogiri memilih tanggal 19
Mei 1741 sebagai hari jadi pemerintah Wonogiri dengan Peraturan Daerah
(Perda) nomor 5 tahun 1990. Untuk mengenang sejarah, di Nglaroh
dibangunlah Monumen Batu Gilang.
Bukti bahwa Wonogiri memiliki
latar belakang sejarah tua juga dikuatkan dengan penemuan dua prasasti
peninggalan Maharaja Balitung (Raja Mataram Hindu) tahun 903 Masehi. Dua
prasasti Balitung itu menyebutkan bahwa penyeberangan Sungai Bengawan
Solo di Desa Nambangan (Kecamatan Selogiri) memiliki peranan penting
bagi pemerintahan kerajaan Mataram Hindu.
Objek wisata lain yang tak kalah
menarik adalah Kahyangan. Panembahan Senopati yang kelak berjuluk Sultan
Agung – seorang tokoh pendiri Dinasti Mataram Islam – sebelum bertahta
sebagai raja pernah melakukan samadi bertapa di Kahyangan Desa Dlepih
Kecamatan Tirtomoyo. Petilasan di atas bukit ini sampai sekarang masih
banyak dikunjungi wisatawan dari berbagai daerah di tanah air.
Kondisi daerah Wonogiri memang
terdiri atas dataran dan bukit-bukit bergunung. Titik elevasi
(ketinggian tempat) terendah 127 meter dan tertinggi 1.300 meter dari
permukaan laut. Kondisi topografi demikian ini cukup rawan terhadap
erosi tanah. Adanya perbedaan elevasi yang relatif tinggi tersebut, di
Wonogiri banyak dijumpai lereng terjal dengan derajat kemiringan cukup
tinggi.
Kawasan Wonogiri selatan yang
topografinya berbukit-bukit dan terkenal sebagai deret pegunungan kapur
selatan terdapat 109 telaga alam dengan luas sekitar 117,5 hektar.
Potensi telaga alam ini dijadikan tumpuan pemenuhan kebutuhan air
sehari-hari bagi penduduk. Wonogiri yang kondisi tanahnya sebagian besar
perbukitan memang banyak mengandung batu kapur. Jenis bebatuan ini
sangat potensial untuk dibudidayakan menjadi gamping dan kalsit.
Wonogiri selatan yang
topografinya berbukit-bukit dan terkenal sebagai deret pegunungan kapur
selatan terdapat berpuluh-puluh gua. Gua-gua itu terbentuk karena adanya
proses evolusi bumi dan pukulan arus air yang terus-menerus sepanjang
tahun. Tak aneh jika di kawasan karst terdapat banyak aliran sungai, di
antaranya masuk ke gua-gua menjadi sungai bawah tanah. Tak banyak orang
yang tahu bahwa sungai legendaris Bengawan Solo – yang terpanjang di
pulau Jawa – ternyata mata airnya berasal dari kawasan Pegunungan Seribu
di wilayah Wonogiri Selatan.
Kawasan karst di Wonogiri selatan
terdapat di Kecamatan Pracimantoro, Eromoko, Paranggupito, Giritontro,
dan Giriwoyo. Kawasan ini berciri khas banyak memiliki gua-gua
berstalaktit dan stalakmit dengan nilai alami yang menarik. Di Desa
Gebangharjo Kecamatan Pracimantoro – yang menjadi pusat penelitian
kawasan karst – terdapat puluhan gua yang unik dan menakjubkan. Di sana
terdapat Gua Tembus, Gua Mrica, Gua Sodong, Gua Potro, Gua Sapen, dan
Gua Gilap. Berdasarkan penelitian para ahli sejarah dan geologi, kawasan
gua-gua di Pracimantoro Wonogiri layak dijadikan sebagai Museum Kawasan
Karst Dunia.
Keberadaan gua-gua itu menyimpan
kisah perjalanan kehidupan manusia sejak zaman prasejarah hingga zaman
kerajaan. Selanjutnya cerita itu berkembang di masyarakat dan menjadi
sumber sejarah. Cerita rakyat ini sangat menarik untuk selalu digali
sebagai bahan pendidikan dan penanaman nilai-nilai positif bagi generasi
penerus. Buku ”Sejarah Karst dan Cerita Tentang Gua-Gua” ini layak
dijadikan bacaan bagi kalangan pelajar dan masyarakat luas.
Kawasan karst di Pracimantoro
Wonogiri – dengan ciri khas beragam gua-gua dan panorama alam yang indah
ini – kelak akan dijadikan sebagai tempat penelitian ilmiah dan wisata
alam yang tiada duanya di Indonesia, bahkan di dunia. Tempat-tempat itu
sangat bagus untuk dikunjungi oleh kalangan peneliti, wisatawan, dan
pecinta alam.
AKSES MENUJU MUSEUM KARS INDONESIA
Terletak di Desa
Gebangharjo,Kecamatan Pracimantoro,Kabupaten Wonogiri sekitar 30 km
timur Kota Wonosari dan 60 km barat Pacitan.Lokasi tersebut mudah
dicapai baik dari Yogyakarta,Jawa Tengah maupun Jawa Timur.
PERESMIAN MUSEUM KARS INDONESIA
Museum Kars Indonesia dibangun
pada 2 Juli 2008 dan diresmikan pada tanggal 30 Juni 2009 oleh Presiden
Republik Indonesia,Bapak Susilo Bambang Yudhoyonodi Sragen bersamaan
dengan peresmian Technopark.Museum Kars Indonesia ini bekerjasama dengan
tiga instasi yaitu dari Departemen Energi Sumber Daya
Mineral,Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan Pemerintah Kabupaten
Wonogiri.Museum Kars Indonesia ini kepemilikannya dari Departemen Energi
Sumber Daya Mineral,pengelolaannya dari Badan Geologi dari Museum
Geologi Bandung.Untuk Pemerintah
Provinsi Jawa Tengah yang menyediakan fasilitas di luar museum seperti
jalan,masjid,pos penjagaan dan selter di belakang Museum.Untuk Pemerintah Kabupaten Wonogiri yang menyediakan tanah atau lahan.
DAYA TARIK MUSEUM KARS INDONESIA
Konsep pembangunan museum yang
memadukan antara bangunan fisik dan lingkungan alam di sekitarnya
merupakan proyeksi dari kegiatan in-door dan out door.Keragaman unsur
kars di luar bangunan mendukung arti dan fungsi museum,sehingga konsep
back to nature tercapai.Kawasan di luar museum sebagai museum alam
mencakup seluruh sistem Kars Gunung Sewu.Seluruh kawasan,baik yang
terletak di wilayah Kabupaten Gunungkidul ( DIY ),Kabupaten Wonogiri(
Jawa Tengah),Pacitan( Jawa Timur),tersatukan dalam satu kesatuan
ekosistem.
Sebelum memasuki Museum Kars
Indonesia,akan kita temui halaman yang sangat luas di depan gedung megah
Museum Kars Indonesia,di sebelah kanan gedung terdapat Menara
Pandang,Mushola dan ruang pertemuan.Di sebelah kiri berjajar pedagang dan akses jalan menuju goa-goa disekitar Museum Kars.
Museum Kars Indonesia memiliki 3
lantai utama,begitu masuk ke Loby museum pengunjung akan langsung
melihat poster yang menggambarkan filososfi dari Hasta Brata yang berupa
8 wejangan yang harus dilaksanakan oleh seseorang yang hidup di dunia
agar memperoleh kesempurnaan budi yang terkandung dalam cerita
pewayangan,hal ini merupakan filosofi yang berkembang di Masyarakat Jawa
khususnya merupakan muatan lokal dari Kabupaten Wonogiri.Setelah
melewati loby akan diinformasikan denah isi museum pada kiri-kanan
tangga serta disuguhkan ornament bentukan replika stalaktit dan
stalakmit.
Pada lantai 1 divisualisasikan
panel poster dan koleksi dengan tema Kars Untuk Ilmu Pengetahuan” Kars
for Science” yang didahului dengan panel poster mengenai kronologi
pembangunan Museum Kars.
Pada lantai dasar ditampilkan
kondisi sosial budaya di kawasan kars dengan tema Kars Untuk Kehidupan”
Kars for Life “,disini akan dapat dilihat diorama kars,maket-maket
kawasan kars,serta kehidupan sosial budaya masa lalu dan masa kini.
Pada lantai atas merupakan
ruangan serba guna dan dapat digunakan sebagai ruangan rapat,presentasi
dan pemuataran film yang telah dilengkapi dengan tata suara,proyektor
dan layar.
TERBENTUKNYA KARS
Kars adalah kawasan yang tersusun
dari formasi batuan karbonat ( CaCO3,MgCO3 ataucampuran keduanya) yang
mengalami proses pelarutan secara kimiawi’pelarutan’ sehingga
menampakkan relief dan drainase yang khas.
Kata Karst berasal dari bahasa Jerman,yang mengambil alih kata carso dari bahasa Italia,atau krs dari bahasa Slovenia.Karst
ialah suatu daerah sebelah Timur Laut Kota Trieste,di daerah
Slovenia,yang pada tahun 1850,tampak sangat gersang,oleh deforestasi
selama berabad-abad.Ini adalah
kawasan yang pertama kali dideskripsi oleh geologiwan abad lalu ( Cvijic
). Kini,oleh penghijauan kembali,kawasan tersebut sudah tertutup hutan
yang cukup lebat,tetapi tetap dinamakan Kars.
Sifat batuan karbonat adalah
mudah larut oleh asam karbonat ( H2CO3 ) yang terbentuk akibat interaksi
air hujan dengan CO2biogenik yang berasal dari sisa tanaman yang
membusuk( humus ) di atas permukaan tanah.Proses pembentukan
geomorfologi karst sangat dipengaruhi oleh proses :Kimia ( pelarutan dan
pengendapan )
H2O + CO2 H2CO3
Air Karbondioksida asm karbonat
H2CO3 + CaCO3 Ca(HCO3)2
Batu gamping Kalsium bikarbonat
Ca2+2H(CO3)2
Kars atau batu gamping berasal dari biota laut ( hewan-hewan laut ) berupa koloni karang yang sudah mati dan membatu.Batu
gamping yang asalnya dari dasar laut bisa muncul di permukaan laut
bahkan menjadi Gunung Gamping karena proses pengangkatan yang disebabkan
tenaga tektonik.
Medianya adalah air hujan.Jadi,air
hujan bila jatuh kesoil atau batu kapur akan lapuk dan
retak-retak.Ratakan atau rekahan akan terisi oleh air hujan menggerus ke
dalam dan rekahan-rekahan itu akan bertemu pada suatu titik membentuk
rongga yang dimasuki manusia atau dinamakan gua.
Kars terdiri dari dua bentukan :
1. Bentukan di atas permukaan atau eksokars
Seperti : bukit,danau dan lembah
2. Bentukan di bawah permukaan atau indokars
Seperti : gua,beserta ornamen stalaktit dan stalagminya,ceruk,luweng.
Proses terjadinya kars
berlangsung dalam kurun waktu 100 ribu hingga jutaan tahun.Berdasarkan
karakteristiknya,kawasan kars di Indonesia dapat dibedakan menjadi
beberapa tipe atau jenis :
1. Tipe Menara atau tower daerah Pangkep,Maros,Sulawesi Selatan.
2. Tipe Kerucut ( Kars Gunung Sewu ) terdiri dari 4 Kabupaten yaitu : Bantul,Gunung Kidul,Wonogiri dan Pacitan.
3. Tipe Kokpit,daerah Gombong Jawa Tengah.
Kawasan Museum Kars Indonesia
mempunyai luas 24,6 HA yang membentuk lembah di antara bukit-bukit Kars
yang dikelilingi oleh beberapa situs gua dan luweng,yaitu :
GUA TEMBUS
Goa Tembus memiliki lorong
sepanjang 50 meter. Gua ini memiliki dua pintu, yakni pintu masuk dan
pintu keluar maka disebut ‘Gua Tembus’. Menurut cerita rakyat setempat,
goa ini termasuk tempat sakral dan mistis. RM Said mengawali perjuangan
mendirikan dinasti Mangkunegaran justru dari Bumi Nglaroh (Desa Pule
Kecamatan Selogiri) pada tanggal 19 Mei 1741. Nah, Beliau pernah
berkelana dan bersemedi di Goa Tembus ini.
GUA SODONG
Gua ini letaknya 100 meter di
sebelah barat Museum Karst. Bagian depan berbentuk seperti teras rumah
maka disebut ‘Sodong’. Gua ini merupakan bukti adanya sungai bawah
tanah, salah satu ciri kawasan karst. Para ilmuwan dari luar negeri dan
UGM Jogjakarta pernah menelusuri lorong gua sepanjang 4,5 km ini. Konon,
lorong gua ini sampai di pantai Laut Selatan. Di dalam gua ditemukan
beraneka stalaktit dan stalakmit yang luar biasa indahnya. Gua ini cocok
untuk wisata penjelajahan alam, namun harus dengan membawa perlengkapan
lengkap. Maklum. gua ini sangat licin, gelap, dan di dalamnya masih
terdapat binatang buas. Anda harus berhati-hati!
GUA GILAP
Gua Gilap berada di Dusun
Danggolo Desa Gebangharjo. Lokasi gua ini dari Gua Tembus berjarak 2 Km
ke arah selatan. Bentuknya melingkar seperti stadion terbuka dengan
dinding batuan karst. Lebar permukaan gua sekitar 150 meter dan
kedalaman gua 75 meter dari permukaan darat. Kalau dilihat dari atas,
gua ini sepintas seperti stadion di bawah tanah. Tempat ini sangat cocok
untuk lokasi panjat tebing bagi para pecinta alam. Karena
pemandangannya yang bagus, penduduk Gebangharjo pernah memanfaatkan Gua
Gilap untuk tempat pentas seni kethoprak dan seni srandul.
GUA POTRO/BUNDER
Gua Potro dan Gua Bunder terletak
700 meter arah barat daya dari Gua Tembus. Semula kedua gua itu
sebenarnya terpisah. Penggalian batu lintang di dalam gua oleh penduduk
menyebabkan gua-gua itu rusak. Gua Potro yang sebenarnya berada di
sebelah timur Gua Bunder, kini kedua lorong gua itu tembus menjadi satu.
Nama Gua Potro berkait dengan nama tokoh Wonopotro yang dimakamkan di
dalam gua itu. Sementara itu, nama Gua Bunder diambil dari bentuk gua
yang bulat atau bundar (Jawa: bunder). Kedua gua ini sering digunakan
untuk meditasi kalangan tertentu yang gemar bertapa.
GUA/LUWENG SAPEN
Gua Sapen berbentuk seperti sumur
alam (Jawa: luweng). Letaknya dari Gua Tembus berjarak 0,5 Km ke arah
selatan. Kedalaman Gua Sapen 48 meter dari permukaan tanah. Dahulu
penduduk memakai tambang untuk memasuki gua. Setelah dibangun oleh
pemerintah pada tahun 2005, kini pengunjung bisa masuk gua dengan
menggunakan tangga dari besi. Menurut cerita Petrus Sutarno, asal-usul
nama Gua Sapen masih berkaitan dengan perjalanan Gusti Rio alias Raden
Mas Said untuk mencari tiga putri keraton bernama Raden Ayu Nawangsari,
Nawangsih, dan Nawang Wulan. Dalam pengembaraannya, dia juga singgah di
lokasi Gua Sapen yang berada di Mudal, Gebangharjo. Pada saat itu Raden
Mas Said merasa sangat kesepian karena belum bisa bertemu dengan ketiga
putri yang dicarinya. Beliau bersabda, bahwa tempat itu dinamakan Alas
Sapen. Pada tahun 2005 pemerintah pusat melalui Departemen Energi dan
Sumber Daya Mineral membangun sarana air bersih dengan memanfaatkan
sumber air Luweng Sapen. Sarana itu dilengkapi generator listrik, pompa
selam, tangki air, pipa-pipa, dan tangga besi. Kini sumber air itu bisa
dimanfaatkan oleh penduduk sekitar dan melayani kebutuhan air bersih
penduduk Dusun Mudal, Dusun Danggolo, dan Dusun Jati.
GUA MRICA
Gua Mrica berada sekitar 200
meter di sebelah barat Gua Tembus dan hanya berjarak 100 meter sebelah
utara Gua Sodong. Gua ini berbentuk bulat seperti buah mrica atau lada.
Penduduk setempat memiliki filsafat, barangsiapa memiliki keinginan
hendaknya dilandasi oleh tekad yang bulat bulat. Syaratnya, badan dan
hati harus bersih. Dahulu gua ini sering digunakan untuk bertapa dan
meraih kedigdayaan.
NILAI EKONOMI KAWASAN KARS
Nilai ekonomi kawasan Kars berkaitan langsung dengan keberadaannya sebagai sumberdaya alam,baik hayati maupun non-hayati.
Sumberdaya Mineral
Batugamping merupakan salah satu jenis sumber daya mineral yang kegunaan dan manfaatnya di bidang industri sangat banyak.Mutu
dan jumlah cadangannya masih membutuhkan kajian-lanjut.Batugamping
dapat dimanfaatkan mulai dari kegunaannya sebagai bahan bangunan dan
fondasi hingga industri peleburan saja.
Pengelolaan Air
Beberapa mata air yang terdapat
di tekuk lereng bukit batugamping,yang muncul akibat terpotongnya muka
air tanah oleh bidang topografi,mempunyai debit yang cukup besar.
Pertanian,perkebunan dan kehutanan
Sebagaimana umumnya daerah kars,tanah yang merupakan hasil pelapukan fisika dan kimia batugamping umumnya tipis.Tanah
berwarna coklat kemerahan atau coklat kehitaman yang dikenal sebagai
terra-rossa yang berukuran halus dan bersifat lempungan umumnya mengisi
lekuk-lekukdolina atau bentukan negatif lainnya yang dikelilingi oleh
bukit-bukit batugamping.Tebal
terra-rossa berkisar antara 0 hingga maksimum 2 m.Sulitnya penduduk
mencari lapisan tanah untuk dimanfaatkan menjadi area pertanian
menyebabkan dibudidayakannya sistem senggetan,yang bertujuan menahan
tanah supaya jangan tersangkut oleh air larian ( surface run-off ).
Perikanan
Budidaya ikan air tawar yang
dilakukan oleh penduduk kars dengan menmanfaatkan telaga-telaga kars
yang bersifat tetap ( berair sepanjang tahun ).Selain itu mereka juga
membuat kolam-kolam di sekitar rumah.
Karena jumlah ikan yang ditebar
ditelaga jauh lebih banyak dibanding usaha sejenis di kolam-kolam
budidaya,sehingga produksi ikan telaga pun jumlahnya lebih besar.Budaya
mina-padi belum dikembangkan di daerah ini.Jenis
ikan yang dibudidayakan antara lain tawes,tombro,mujair,nila,gurame dan
lele.Karena kecepatan perkembang-biakannya yang lebih dibanding jenis
ikan lainnya,mujair merupakan pilihan pertama penduduk.
Pariwisata
Kegiatan dan usaha pariwisata di
Kawasan Kars memanfaatkan unsur estetika ( keindahan ),keunikan dan
kelangkaan yang dimiliki oleh gejala ekso dan endokars yang ada.Sebagai
suatu bentang alam,proses pembentukan kars tidak dapat lepas dari
keadaan geologi batugamping sepanjang ruang dan waktu yang tersedia.Di
masa mendatang,kemasan inilah yang nantinya akan dijadikan dasar
penciptaan atau penganekaragaman objek wisata yang berbasis pada alam.
Budidaya Walet Gua
Lubang-lubang hasil pelarutan
batugamping pada kawasan kars banyak dihuni berbagai jenis burung
seperti kapinis ( Hirundo ),seriti ( Collocalia ) dan Walet ( Aerodramus
).dua marga burung yang diesut terakhir dikenal memiliki nilai
ekonomi,yaitu dari sarang yang dihasilkannya.
0 comments:
Post a Comment