
Gunung Slamet merupakan gunung tertinggi kedua di Jawa, setelah
Gunung Semeru. Ukuran Gunung ini sebenarnya sangat luas, dan menariknya,
karakteristik gunung ini yang memiliki beberapa
cyndercone atau kerucut sinder disekitarnya.
:-( “Pakdhe kok namanya Gunung Slamet ini kenapa ya ?”
:-D “Ya supaya kamu nggak takut dan bersahabat dengan gunungapi ini”

Torehan kuat disebelah barat ini menunjukkan bahwa gunung Slamet
sebelah barat berusia lebih tua dibandingkan sisi sebelah timur yang
terlihat masih mulus dan halus. Torehan pengukir topografi ini juga
dapat menunjukkan jenis serta usia batuan juga loo. Silahkan baca lagi
disini :
Topografi dan batuan yang menyusunnya
Cyndercone sebagai kekhasaan Gunung Slamet.

Salah
satu keunikan Gunung Slamet ini adanya kerucut sinder. Daerah vulkanik
Gunung Api Slamet di Jawa Tengah, Indonesia, mempunyai tiga puluh lima
kerucut sinder dalam area 90 km2 di lereng timur gunung api ini. Kerucut
sinder hadir baik secara tunggal maupun dalam kelompok kecil dengan
garis tengah alasnya berkisar antara 130 – 750 m dengan nilai rata-rata
430 m, dan tingginya mencapai 250 m. Dalam area vulkanik ini, kerucut
sinder tersebar pada radius 4 – 14 km dari kawah Gunung Slamet, dan
terhimpun di antara Lintang 7°11’ – 7°16’S dan Bujur 109°15’ – 109°18’T.
Kerapatan kerucut sinder ini adalah 1,5 kerucut/km2.

Bentuk
morfologi kerucut sinder (Cynder Cone) ini dapat teramati dengan peta
topografi maupun penampakan morfologi bukit-bukit kecil.
Keunikan dengan adanya kerucut sinder ini diteliti oleh ahli
geovulkanologi Indonesia, Pak Igan, dan Pak Sukhyar yang sebelumnya
menjabat sebagai kepala Badan Geologi. Badan ini saat ini dikepalai mBah
Rono.
:-( “Wah mereka peneliti-peneliti yang hebat ya Pakdhe”
Sebagian besar kerucut sinder ini muncul pada batuan sedimen Tersier
sepanjang sistem sesar mengarah barat laut – tenggara, dan pada rekahan
radial. Di daerah ini, pola struktur kemungkinan berhubungan dengan
rekahan radial tersebut. Bagian permukaan kerucut sinder pada umumnya
tertutup endapan jatuhan piroklastika dan aliran lava Gunung Slamet.
Endapannya terdiri atas skoria berukuran kasar sampai bom balistik,
tidak berlapis, dan permukaan butirannya kadang-kadang teroksidasi,
terutama pada butiran bom atau bongkah. Jenis bom tersebut umumnya
berasal dari bom skoria balistik. Jenis lain di antaranya bom
kerak-roti, bentuk biji almon, atau bentuk terpilir (terpelintir).
Semua kerucut sinder mengalami degradasi akibat torehan pada
lerengnya dan perubahan morfologi permukaannya. Akibat torehan inipula
maka tidak mudah mengenalinya. Bagi ahli geovulkanologi tentunya ya bisa
lah.

Munculnya
cynder cone ini diprtkirakan teah terkontrol oleh adanya
struktur-struktur rekahan atau patahan (sesar) pada batuan dasar maupun
pada batuan penyusun lereng gunungapi ini.
Pentarikan umur bom skoria dari salah satu kerucut sinder dengan
metode radiometrik K-Ar menunjukkan umur 42,000 tahun yang lalu. Dengan
melihat kesamaan stadia morfologinya ini sehingga diperkirakan semua
kerucut silinder ini berumur sama.
0 comments:
Post a Comment